Perang kata-kata terus terjadi antara Korea Utara dan Amerika. Dalam pernyataannya terakhir Presiden Amerika Donald Trump pada Jumat 11 Agustus 2017 mengeluarkan sebuah ancaman baru ke Korea Utara, dengan mengatakan bahwa senjata Amerika telah “mengunci dan diisi.”
Trump mengeluarkan ancaman melalui Twitter tak lama setelah kantor berita Korea Utara, KCNA, mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyalahkan dia sebagai penyebab meningkatnya ketegangan.
“Trump mengemudikan situasi di Semenanjung Korea sampai ke ambang perang nuklir, membuat demonstrasi yang menunjukkan Amerika tidak akan mengesampingkan perang melawan DPRK,'” kata KCNA.
Trump, yang berada di resor golf Bedminster, New Jersey, untuk berlibur menggambarkan kesiapan militer Amerika dengan sangat jelas.
“Solusi militer sekarang sepenuhnya ada, locked and loaded [terkunci dan diisi], seandainya Korea Utara bertindak tidak bijaksana,” tulisnya di Twitter. “Mudah-mudahan Kim Jong Un akan menemukan jalan lain!”
Sehari sebelumnya Presiden Amerika juga mengatakan akan melepaskan tembakan dan kemarahan atau ‘fire and fury’ pada Pyongyang jika negara tersebut nekad melakukan serangan.
Menteri Pertahanan AS James Mattis kemudian mencoba meredam kata-kata kasar Trump dengan mengatakan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat masih memilih pendekatan diplomatik terhadap Korea Utara. “Perang akan menjadi bencana besar,” katanya.
Ketika ditanya apakah Amerika Serikat siap jika Korea Utara melakukan tindakan bermusuhan, dia berkata: “Kami siap.”
Ketegangan di wilayah tersebut telah meningkat sejak Utara melakukan dua uji coba bom nuklir tahun lalu dan meluncurkan dua uji coba rudal balistik antar benua pada Juli 2017. Trump mengatakan bahwa dia tidak akan mengizinkan Pyongyang untuk mengembangkan senjata nuklir yang mampu memukul Amerika Serikat.
Di tengah ketegangan yang semakin tinggi sebuah surat kabar yang dikelola oleh sebuah surat kabar China pada Jumat 11 Agustus melaporkan China harus tetap netral jika Korea Utara melancarkan serangan yang mengancam Amerika Serikat.
China, sekutu dan mitra dagang Korea Utara paling penting, telah menegaskan kembali seruan untuk tenang. Beijing telah menyatakan frustrasinya dengan uji coba nuklir dan rudal Pyongyang yang berulang dan dengan perilaku dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, seperti latihan militer, yang dipandangnya sebagai ketegangan yang meningkat.
“China juga harus menjelaskan bahwa jika Korea Utara meluncurkan rudal yang mengancam wilayah Amerika terlebih dahulu dan Amerika membalas, China akan tetap netral,” tulis Global Times dalam editorialnya.
“Jika Amerika dan Korea Selatan melakukan serangan dan mencoba untuk menggulingkan rezim Korea Utara dan mengubah pola politik Semenanjung Korea, China akan mencegah mereka melakukannya,” tulis media itu lagi.