More

    Terjawab Sudah, Kenapa B-1B Yang Selalu Dikirim ke Korea

    on

    |

    views

    and

    comments

    Menyerang Korea Utara, bagaimanapun, berisiko akan memunculkan respons berbahaya yang mengancam terutama target dekat yakni Seoul yang hanya berjarak 40 mil dari perbatasan, atau hingga Andersen AFB, menurut Adm. Stavridis.

    “Penggunaan pembom B-1 untuk benar-benar menjatuhkan bom dan menghancurkan infrastruktur Korea dan membunuh warga Korea Utara akan menyebabkan eskalasi,” kata Stavridis.

    “Kim Jong Un akan dipaksa untuk menanggapi, dia akan menyerang, minimal melawan Korea Selatan, dan berpotensi mencapai target  jauh, mungkin termasuk Guam . Itu adalah serangkaian hasil buruk dari tempat kita duduk sekarang.”

    Sumber militer mengatakan kepada NBC News bahwa pembenaran internal untuk melakukan serangan dengan B-1 akan praktis dan rumit.  B-1 memiliki muatan internal terbesar dari setiap pembom yang dimiliki Amerika saat ini.

    Sepasang pembom dapat membawa campuran senjata di tiga teluk bom yang terpisah dengan berat total  168.000 pon  atau bahkan mungkin lebih. Bomber ini juga membawa rudal udara ke permukaan jarak sangat jauh atau yang dikenal sebagai Joint Air-to-Surface Standoff Missile — Extended Range (JASSM-ER). Sebuah rudal yang sangat akurat dengan jarak tempuh 500 mil laut yang memungkinkan rudal tersebut dipecat dari luar wilayah Korea Utara.

    Seorang perwira militer senior, yang telah terlibat dalam diskusi mengenai serangan tersebut  mengatakan bahwa B-1 juga telah dipilih karena memiliki manfaat tambahan. Pesawat  tidak dapat membawa senjata nuklir.

    Perencana militer berpikir bahwa hal ini akan memberi sinyal ke China, Rusia, dan Pyongyang bahwa Amerika. tidak berusaha untuk meningkatkan situasi yang sudah buruk sebelumnya.

    Perencana militer juga berpendapat bahwa karena pembom dan pesawat pendukung mereka akan berasal dari luar Semenanjung Korea, serangan semacam itu mungkin akan membuat pembalasan Korea Utara akan diarahkan jauh dari Korea Selatan.

    Adr. Stavridis skeptis terhadap penalaran geopolitik semacam itu. “Saya tidak yakin bahwa kepentingan utama kami adalah memberi sinyal ke China atau Rusia,” katanya.

    “Ketika Anda mulai menerbangkan pengebom langsung, yang akan menjatuhkan bom, atau meluncurkan rudal jelajah ke Korea Utara, perbedaan platform nuklir dan platform non-nuklir kemungkinan akan tidak ada bedanya bagi Kim Jong Un.”

    Pada bulan Agustus 2016, pembom B-1B, B-2, dan B-52 secara bersamaan dikerahkan ke Andersen AFB  untuk pertama kalinya dalam sejarah.   Hal ini  juga merupakan penyebaran pertama pembom B-1B ke Guam setelah lebih dari satu dekade.

    Sejak saat itu, ada tiga rotasi B-1B dari Amerika Serikat, yang terakhir datang pada 26 Juli ketika enam pembom dan 350 kru  tiba di Guam.

    Peluncuran latihan pertama dari rangkaian saat ini berlangsung pada 29-30 Mei, ketika dua B-1B terbang dari Guam ke wilayah udara Jepang dan kemudian melewati Semenanjung Korea. Jet tempur Korea Selatan dan  Jepang mengawal para pembom ke perairan internasional dan kemudian empat pesawat tempur F-15 Korea Selatan terbang bersama B-1B saat mereka melintasi Semenanjung Korea sebelum kembali ke Guam.

    Pesawat pengisian bahan bakar udara KC-135 Angkatan Udara membuat pesawat B-1 bisa terbang  10 jam dalam perjalanan pulang-pergi.

    Ada dua latihan lagi yang berjalan pada tanggal 8 dan 20 Juni. Kemudian, pada tanggal 6-7 Juli, sepasang B-1B melakukan latihan malam pertama mereka, menjatuhkan senjata inert di Range Pilsung di Korea Selatan. Pengeboman lain terjadi di Pilsung pada 8-9 Juli.

    Surat kabar Rodong yang dikelola negara Korea Utara mengatakan Washington sedang mempersiapkan ketegangan dengan latihan tersebut. “Ameika  dengan provokasi militernya yang berbahaya, mendorong risiko perang nuklir di semenanjung itu sampai pada titik kritis,” tulis media tersebut. Media itu juga  menggambarkan semenanjung itu sebagai “tinderbox terbesar di dunia”.

    “Sebuah  kesalahan kecil dapat segera mengarah pada awal perang nuklir, yang pasti akan mengarah pada perang dunia lain,” kata suratkabar Korea Utara itu.

    Dua latihan lagi berjalan kemudian berlangsung pada tanggal 17 dan 19 Juli, kali ini dengan sepasangan B-1B terbang 12,5 jam ke utara Australia sebagai bagian dari latihan bersama Amerika-Australia  yang disebut Talisman Sabre.

    Sekali lagi pada tanggal 28-29 Juli, dua B-1B kembali berada di atas Semenanjung Korea dengan terbang rendah.

    Pada  Senin 7 Agustus 2017, untuk ke-11 kalinya B-1B melakukan latihan. “Bagaimana kita berlatih adalah bagaimana kita bertarung dan semakin kita berinteraksi dengan sekutu kita, semakin siap kita untuk melawan malam ini,” kata seorang pilot B-1 yang ikut serta dalam misi.

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this