Nuklir Korea Utara, Dari Soviet untuk Amerika

Nuklir Korea Utara, Dari Soviet untuk Amerika

Korea Utara telah menempati urutan tertinggi terkait ancaman dunia menurut versi Amerika. Negara pertapa ini telah dengan cepat mengembangkan kekuatan rudal mereka yang bahkan sudah bisa mencapai daratan Amerika.

Yang paling berbahaya bukan rudalnya, tetapi apa yang dibawa. Dan masalahnya Pyongyang juga menjadi negara yang mampu membangun senjata nuklir. Jika hulu ledak nuklir mini telah mampu diciptakan dan dipasang di ujung rudal, maka itulah situasi yang paling menakutkan bagi Washington.

Meskipun sanksi internasional yang keras, negara miskin ini terbukti mampu mengembangkan persenjataan militer yang luas dan ancaman cyber tinggi serta perang kimia dan biologi.

Sejaran nuklir Korea Utara telah berjalan sejak lama dan mengalami pasang surut. Berikut time line program nuklir di negara tersebut.

1950

Program nuklir dimulai dengan bantuan dari Uni Soviet.

1969

Laporan intelijen China menunjukkan bahwa Pyongyang sedang melakukan upaya untuk mengembangkan senjata nuklir.

1974

Korea Utara bergabung dengan Badan Energi Atom Internasional dan memungkinkan pemantau internasional untuk memeriksa apa yang mereka kerjakan.

1985

Pyongyang mendaftar untuk perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT) setelah Rusia menyediakan  teknologi untuk empat reaktor nuklir  ringan yang dirancang untuk menghasilkan listrik

1986

Reaktor Yongbyon secara resmi beroprasi. Didukung oleh uranium, ia mampu memproduksi senjata dengan menggunakan plutonium atau weapons-grade plutonium.

1993

Pyongyang meninggalkan NPT setelah menolak untuk mengungkapkan rincian  perkembangan nuklir pada IAEA

1994

Korea Utara dan AS menandatangani “Agreed Framework” di mana Pyongyang akan membekukan program reaktor  dengan imbalan bahan bakar dan upaya menuju hubungan politik dan ekonomi normal, serta pembangunan dua reaktor nuklir ringan. Korea Utara juga setuju untuk mematuhi kewajiban IAEA.

1998

Amerika mengklaim Korea Utara sedang mengembangkan senjata nuklir di situs rahasia.

2002

Bertentangan dengan Agreed Framework 1994, Korea Utara ditemukan untuk mengejar teknologi pengayaan uranium dan teknologi pengolahan plutonium. Korea Utara dikatakan memiliki senjata nuklir.

April 2003

Korea Utara menarik diri lagi dari Nuclear Non-Proliferation Treaty.

Agustus 2003

Pembicaraan  enam pihak digelar di Beijing diikuti  China, Korea Utara, Amerika Serikat, Korea Selatan, Rusia dan Jepang. Washington meminta pembongkaran total dan konfirmasi kemampuan nuklir Korea Utara, namun Pyongyang menolak.

Februari 2005

Korea Utara secara terbuka menyatakan memiliki senjata nuklir dan menarik diri dari pembicaraan enam pihak mencari solusi untuk masalah non-proliferasi nuklir.

September 2005

Korea Utara setuju untuk kesepakatan awal di bawah perundingan enam negara yang baru bahwa mereka akan menghancurkan semua senjata nuklir yang ada dan fasilitas produksi nuklir, bergabung kembali NPT dan memungkinkan inspektur IAEA untuk kembali.

Oktober 2006

Korea Utara meledakan perangkat nuklir dengan kekuatan ledakan diperkirakan kurang dari satu kiloton. China yang  telah berusaha untuk meyakinkan rezim  tidak melakukan tes nuklir  mendapat peringatan 20 menit sebelum uji nuklir dan langsung memberikan peringatan darurat ke Washington.

Oktober 2006

Korea Utara meledakan perangkat nuklir kedua dan meluncurkan sejumlah rudal permukaan ke udara jarak pendek. Hasil dari tes itu diperkirakan berkekuatan hampir 5 kiloton.

Februari 2013

Ledakan bawah tanah di di situs uji coba nuklir Punngye-ri Korea Utara terdeteksi, dengan para ahli memperkirakan ukuran ledakan  antara 6 dan 7 kiloton.

April 2015

Gambar satelit menunjukkan reaktor di Yongbyon, situs nuklir utama kemungkinan telah mulai beraktivitas lagi.

Mei 2015

Utara mengklaim memiliki senjata nuklir yang mampu menghantam AS

Desember 2015

Kim Jong-un membuat klaim  negaranya siap untuk meledakkan bom hidrogen yang menjadi  referensi langsung pertama  Korea Utara untuk sebuah “H-bom”. Pada saat itu, klaim tersebut disambut dengan skeptisisme  di luar negeri.

Januari 2016

Korea Utara mengumumkan bahwa telah melakukan tes bom hidrogen dengan  sukses. Pengumuman ini datang tak lama setelah terjadi “gempa bumi” dengan pusat gempa di dekat dengan situs uji coba nuklir Punggye-ri.

September 2016

Korea Utara melakukan uji coba nuklir kelima, yang merupakan uji terbesar dengan memunculkan gempa  5,3 magnitude  di dekat situs nuklir utamanya.