Angkatan Udara India menginginkan agar bisa menerima pengiriman jet tempur Rafale lebih cepat dari Prancis, tetapi sepertinya keinginan itu tidak akan dituruti.
Pada tanggal 18 Juli tahun ini, Kepala Angkatan Udara India, B S Dhanoa mengunjungi fasilitas produksi Dassault Aviation di Perancis di mana jet Rafale untuk India sedang diproduks dan meninjau waktu pengiriman yang diharapkan lebih cepat. Tahun lalu, India telah mengirim permintaan resmi ke Perancis untuk mempercepat pengiriman jet tempur itu.
“Sehubungan dengan kesepakatan tersebut, 36 bulan (selama pengiriman harus dimulai), tapi mungkin akan sedikit lebih awal. Kami meminta mereka untuk (mengirimkannya) secepat mungkin,” kata Manohar Parrikar, Menteri Pertahanan India dalam sebuah pernyataan.
Namun, laporan setengah tahunan Dassault Aviation yang dirilis pada 26 Juli mengindikasikan kemungkinan pengiriman Rafale ke India yang suram. Laporan tersebut mengatakan bahwa perusahaan tersebut hanya dapat menyelesaikan empat jet tempur di paruh pertama tahun berjalan dibandingkan dengan tujuh pesawat pada periode waktu yang sama tahun lalu dan pengirimannya dilakukan ke angkatan bersenjata Mesir dan Prancis.
“Slot ekspor pertahanan mencakup, khususnya, 15 Rafale ke Mesir (dibandingkan dengan 18 pada tanggal 31 Desember 2016), 24 Rafale ke Qatar dan 36 Rafale ke India,” kata laporan tersebut.
Meskipun demikian, Dassault Aviation optimistis menerima pesanan tambahan sekitar 700 pesawat tempur dari Angkatan Udara India selama dekade berikutnya.
Namun, Menteri Pertahanan India telah memperjelas bahwa pembelian pesawat tempur tambahan tidak diakomodasi dalam kesepakatan awal untuk 36 jet tempur Rafale. Dia mengatakan bahwa kesepakatan masa depan akan diatur oleh kebijakan pengadaan pertahanan baru yang sama sekali berbeda.
Kesepakatan antara India dan Perancis untuk menyediakan 36 jet Rafale ke Angkatan Udara India diambil pada 23 September 2016 dengan nilai sekitar US $ 8,8 miliar.
Baca juga: