Erik Prince, mantan CEO perusahaan militer swasta yang dikenal sebagai Blackwater, ingin meningkatkan kemampuan perang udara Afghanistan dengan angkatan udara pribadi yang mampu mengumpulkan informasi dan dukungan udara.
Menurut seorang pejabat senior militer Afghanistan, Prince telah mengajukan proposal bisnis yang menawarkan sayap udara untuk membantu angkatan udara Afghanistan dalam perang melawan Taliban dan kelompok militan lainnya.
Penawaran tersebut disampaikan saat Gedung Putih sedang mempertimbangkan sebuah rencana untuk menarik keterlibatan mereka di Afghanistan dan mengganti kekosongan kekuasaan berikutnya dengan kontraktor.
Pejabat Pentagon skeptis terhadap rencana itu. Terlebih lagi, seorang pejabat senior pertahanan Afghanistan mengatakan kepada Military Times Kamis 3 Agustus 2017 bahwa Jenderal John Nicholson, Komandan Pasukan Amerika di Afghanistan, menolak untuk bertemu dengan Prince mengenai rencana kontraktor tersebut.
Menurut salinan proposal yang diperoleh oleh Military Times , proposal yang diajukan ke pemerintah Afghanistan pada bulan Maret menawarkan sejumlah pesawat tempur yang mengesankan untuk sebuah perusahaan swasta. Pesawat yang ditawarkan dalam proposal tersebut mencakup pesawat sayap tetap, helikopter serang dan pesawat tak berawak yang mampu memberikan dukungan udara jarak dekat untuk manuver pasukan darat.
Proposal tersebut menjanjikan dukungan “dukungan kecepatan tinggi” dan “seluruh negara dapat ditanggapi dalam waktu kurang dari 1 jam.” Proposal tersebut menyatakan bahwa keputusan untuk melepaskan senjata akan tetap dilakukan oleh orang Afghanistan.

Kekuatan udara juga dilengkapi dengan peralatan untuk menyediakan koleksi intelijen yang mencakup gambar, sinyal intelijen dan intelijen komunikasi. Pesawat akan dioperasikan oleh karyawan perusahaan swasta.
Angkatan udara Afghanistan berada di tahap pertama transisi dari armada tua helikopter pengangkut Mi-17 Rusia ke model UH-60A Black Hawks Amerika. Sebuah perkembangan yang dianggap Nicholson dianggap perlu untuk membantu memecahkan jalan buntu di Afghanistan.
Namun, helikopter tersebut tidak akan tiba di Afghanistan setidaknya dalam dua tahun ke depan dan pelatihan diperkirakan tidak akan dimulai sampai akhir musim gugur ini.
Dengan meningkatnya korban di medan perang dan terus berlanjutnya wilayah antara kontrol Afghanistan dan Taliban, digunakan Prince untuk mengajukan penawaran.
NamunRonald Neumann, duta besar Amerika untuk Afghanistan dari tahun 2005 sampai 2007 dan sekarang menjadi presiden American Academy of Diplomacy, mengatakan bahwa Afghanistan tidak akan menerima kekuatan kontraktor swasta.
“Presiden Ghani telah mengatakan bahwa dia tidak akan menerimanya,” kata Neumann kepada Military Times dalam sebuah wawancara. “Orang Afghanistan tidak akan pernah menerima ini.”
Neumann juga mempertanyakan legalitas dan biaya menggunakan kekuatan kontrak pribadi dibandingkan dengan menggunakan aset militer Amerika.
“Tidak bisa lebih murah,” katanya. “Gagasan bahwa ini entah bagaimana lebih murah adalah konyol. Setiap kekuatan akan memiliki persyaratan [dukungan dan logistik] yang sama. ”
Pasukan yang dikontrak juga tidak memiliki perlindungan hukum yang sama menurut hukum internasional, kata Neumann.
Bukan kali ini saja Prince memberikan penawaran yang kontroversial. Mantan CEO Blackwater tersebut memicu kontroversi satu dekade yang lalu ketika perusahaannya menyediakan layanan dukungan keamanan kepada pemerintah Amerika di Irak.
Baru-baru ini, Prince telah menggunakan angkatan udara pribadinya di seluruh dunia termasuk Somalia, Irak dan Sudan Selatan. Prince juga dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan Trump. Dia adalah saudara Menteri Pendidikan Betsy DeVos.
Perusahaan Prince sekarang disebut Frontier Services Group dan berbasis di Hong Kong. Melalui afiliasi yang dikenal sebagai EP Aviation, Prince mengoperasikan angkatan udara pribadinya sendiri. Di Afrika Tengah, perang melawan Tentara Perlawanan Tuhan diperkuat oleh kekuatan udara Prince.
Daily Beast melaporkan helikopter yang terdaftar di EP Aviation telah terlihat mengangkut pasukan Pasukan Khusus Amerika di wilayah Afrika Tengah.
Perusahaan yang pada proposal ke pemerintah Afghanistan diberi nama, Lancaster6, telah mengoperasikan beberapa pesawatnya di Afghanistan yang menyediakan mobilitas udara, transportasi darat, dan pengirman kargo dengan parasut. Mereka memiliki armada antara lain A-4 Skyhawk, T-Bird, helikopter Aérospatiale Gazelle, pesawat transportasi An-26, helikopter Super Puma
Tidak jelas apa peran Prince saat ini dengan Lancaster6, yang berbasis di Dubai. Pejabat militer Afghanistan mengatakan bahwa Prince secara pribadi mengajukan proposal Lancaster6 kepada pejabat Afghanistan.
Baca juga: