Pada 10 Januari 1964 sebuah pesawat pembom B-52H yang dipinjamkan Angkatan Udara Amerika ke Boeing terbang dengan empat awak untuk menguji efek dari turbulensi pada pembom saat penerbangan tingkat rendah.
Saat pengujian berlangsung pesawat didorong pada batas maksimal untuk melawan turbulensi. Akibatnya fatal. Penstabil vertikal – sirip ekor – lepas memaksa awak pesawat untuk melakukan pendaratan darurat yang liar dan menegangkan.
Seperti yang dikatakan oleh pilot Richard Curry dalam film yang kemudian dibuat oleh USAF pesawat tersebut telah dilengkapi dengan instrumen khusus untuk mencatat tekanan yang diberikan pada berbagai bagian pesawat terbang.
Pesawat itu terbang selama satu jam, melewati Wichita, Kansas menuju Rockies. Pembom akan terbang dengan autopilot di ketinggian 500 kaki dan kecepatan antara 280 dan 400 knot.
Setelah pesawat berbelok ke utara untuk berjalan sejajar dengan Rockies, instrumen mencatat turbulensi yang meningkat dan beban hembusan berat di bagian ekor. Awak menghentikan penerbangan dan naik ke ketinggian 14.000 kaki.
Mereka terbang di dekat East Spanish Peak, Colorado yang merupakan area turbulensi ekstrem dengan embusan angin yang cepat dan eksplosif. Pesawat meluncur ke kiri, lalu ke kanan. Getaran frekuensi tinggi terasa di pesawat terbang, dan kontrol kemudi tidak responsif.
Aircrew bersiap untuk menyelamatkan diri, tapi dengan cepat menyadari bahwa mereka masih bisa mengendalikan pesawat. Mereka mengangkat rem udara untuk mempertahankan stabilitas longitudinal dan memulai transfer bahan bakar untuk mempertahankan pusat gravitasi ke depan.
Tidak jelas apakah kru menyadari apa yang telah terjadi pada saat itu, tapi Sabre Super F-100 terdekat yang menanggapi panggilan marabahaya pesawat tersebut secara visual menegaskan bahwa 83 persen penstabil vertikal telah hilang oleh turbulensi. Sirip ekor itu sendiri seukuran pintu gudang seberat satu ton.
B-52 segera bergerak kembali markas Boeing di Wichita, di mana para insinyur di darat merekomendasikan agar landing gear belakang diturunkan, karena hal itu akan membantu mengkompensasi hilangnya stabilizer.
Cuaca buruk di Wichita memaksa pesawat tersebut harus beralih ke Blytheville Air Force Base di Arkansas. Menjelang Blytheville, kru dengan hati-hati menurunkan landing gear sayap terlebih dahulu, diikuti oleh landing gear utama.
Karena kru sudah menurunkan landing gear belakang sebelumnya, pesawat sekarang memiliki semua roda turun dan siap mendarat. Pembom akan mendarat di 160 knot, dan awak memperkirakan akan butuh landasan 5.000 kaki sampai berhenti. Pesawat akhirnya mendarat dengan selamat.
Secara keseluruhan, B-52H terbang selama lima jam tanpa sirip ekor. Data instrumen mengungkapkan bahwa pesawat tersebut telah mengalami beban hembusan lebih besar dari yang sebelumnya tercatat oleh pesawat terbang besar.
Menariknya, kru tidak membuang rudal jelajah AGM-28 Hound Dog yang dibawa di sisi kanan pesawat terbang. Tetapi karena pesawat ini diterbangkan oleh Boeing maka hampir tidak mungkin senjata ini membawa hulu ledak, apalagi nuklir.
Akibat kejadian tersebut, badan pesawat B-52H kemudian diperkuat untuk mengatasi hembusan angin besar. Pembom yang terlibat dalam insiden tersebut, nomor ekor 61-0023, diperbaiki dan kembali bertugas selama 44 tahun lagi. Pada 24 Juli 2008, dia menjadi B-52H pertama yang masuk ke penyimpanan di “Boneyard” di Pangkalan Angkatan Udara Davis-Monathan di Arizona.
https://www.youtube.com/watch?v=ihAEyZ25qfU
Baca juga: