
ICBM BERBASIS DARAT RUSIA MODEREN
Rusia memiliki berbagai ICBM berbasis darat pada saat ini, termasuk kendaraan peluncur bergerak. Pada 2015, Pasukan Rudal Strategis Federasi Rusia (RVSN RF) mengakuisisi 24 unit RS-24 Yars (pelaporan NATO SS-27 Mod 2) yang berbasis silo dan mobile. Rudal ini dapat membawa sampai tiga atau empat hulu ledak independen ditargetkan dan mampu menembus sistem pertahanan rudal. Aman untuk mengasumsikan bahwa volume pengiriman pada tahun 2016 akan setidaknya sama dengan 2015. Rusia akan dapat menggantikan rudal Topol yang pada dasarnya setara dengan Minuteman III pada tahun 2020, dengan rudal terbaru, yang secara khusus dirancang untuk menembus sistem pertahanan rudal musuh.
Rusia juga memiliki ICBM berbasis darat berbahan bakar cair R-36m2 Voevoda (SS-18 Mod 5, Satan), yang telah ada dalam pelayanan sejak tahun 1988 dan sangat terkenal. Rudal ini dapat membawa sampai 10 hulu ledak dengan kapasitas masing-masing hingga 750 kiloton. Tahun ini uji akan dilakukan pada RS-28 (juga disebut sebagai “Sarmat”), pengembangan terbaru untuk menggantikan Satan pada tahun 2020 dan dilengkapi dengan kemampuan penuh untuk mengalahkan sistem pertahanan rudal.
Rudal akan memiliki kemampuan untuk menempatkan hulu ledak di lintasan suborbital (lebih pendek dari orbit yang menjadi batas bawah perjanjian internasional) dan menyerang ke mana saja, bahkan dari Kutub Selatan. Ini memaksa musuh untuk membangun sebuah sistem pertahanan rudal yang terintegrasi, yang sangat mahal, bahkan untuk Amerika Serikat. Selain itu, hulu ledak akan memasuki atmosfer pada kecepatan hipersonik dan bergerak sepanjang lintasan yang lebih besar, manuver pada kecepatan 7-7,5 kilometer per detik. Waktu persiapan pra-peluncuran rudal akan sangat singkat yakni kurang dari satu menit setelah menerima perintah.
Rusia juga memiliki RS-26 RUBEZH. Tidak banyak informasi yang tersedia dari rudal ini, tapi sepertinya adalah modifikasi dari PS-24 Yars. Jarak tembak minimum dilaporkan 2.000 kilometer, yang cukup untuk mengalahkan sistem pertahanan rudal Amerika di Eropa. Amerika Serikat menentang itu, dengan alasan bahwa RS-26 merupakan pelanggaran kisaran perjanjian nuklir. Tapi klaim itu dipatahkan karena kemampuan tembak maksimum RS-26 melebihi 6.000 kilometer, yang berarti bahwa itu sebenarnya ICBM, bukan IRBM.
Mengingat semua fakta itu, Amerika Serikat telah tertinggal jauh di belakang Rusia dalam pengembangan ICBM berbasis darat.
Sumber: Tulisan Leonid Nersisyan, kolumnis militer untuk agen informasi Regnum, Moskow, Rusia di National Interest