Rusia tengah mengembangkan sistem antipesawat yang menjanjikan dengan kaliber baru. Sistem terbaru dengan peningkatan daya tembak ini dirancang untuk menggantikan sistem Shilka dan Tunguska yang kini merupakan fondasi dasar pasukan darat pertahanan udara Rusia.
Pengembangan senjata baru untuk menggantikan sistem anti-pesawat terlaris di dunia — Shilka dan Tunguska — telah diumumkan oleh Komandan Pasukan Darat Pertahanan Udara Rusia, Letnan Jenderal Alexander Leonov, di stasiun televisi Rossiya 24 tahun lalu.
Sistem antipesawat ini didesain dengan penggunaan meriam antipesawat 57 mm dan dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan fundamental senjata dan perangkat terbaru tentara Rusia.
Pada September 2015, industri pertahanan Rusia memamerkan sistem terbaru Derivatsiya dengan meriam AU-220M terpasang pada kendaraan lapis baja amfibi BMP-3 pada pameran militer internasional RAE 2015 di kota Nizhny Tagil di Pegunungan Ural.
Sistem tersebut menarik perhatian para pengunjung karena ia dapat berpengaruh besar terhadap pengembangan kendaraan lapis baja dan senjatanya di masa depan.
Fitur utama Derivatsiya adalah kaliber baru senapannya — 57 mm. Sistem artileri kaliber ini secara aktif digunakan di masa lalu, tapi tak tersebar luas di pasukan bersenjata. Namun, perancang Derivatsiya memutuskan untuk mengembalikan kaliber yang terlupakan ini, karena dengan kondisi saat ini, ia memiliki sejumlah keunggulan dibanding meriam yang sudah ada.
Sistem artileri Shilka dan Tunguska, yang kini membentuk dasar pasukan darat pertahanan udara Rusia memiliki meriam berkaliber 23 mm dan 30 mm. Shilka dan Tunguska, selain Angkatan Bersenjata Rusia, kendaraan anti-pesawat otomatis Soviet Shilka dan Tunguska saat ini masih digunakan oleh India, Iran, Kuba, Peru, Serbia, Suriah, Mesir, dan negara-negara lain.