Jatuh di Mali, Jerman Tetap Bela Tiger

Jatuh di Mali, Jerman Tetap Bela Tiger

Kementerian pertahanan Jerman tetap membela kinerja helikopter Tiger di tengah gelagat bahwa kecelakaan pesawat tersebut di Mali Rabu 25 Juli 2017 disebabkan kerusakan mesin.

Dua awak tewas ketika salah satu dari empat helikopter Tiger Jerman jatuh di gurun Mali utara pada Rabu, namun tidak ada tanda bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh serangan, kata pejabat Jerman.

Peristiwa tersebut adalah kecelakaan mematikan pertama melibatkan helikopter Tiger Jerman. Sebelumnya, dua awak berhasil menyelamatkan diri dengan menderita luka ringan dalam kecelakaan helikopter pada 2013 saat mereka mengikuti penerbangan di Bavaria. Tidak ada pertanda bahwa kedua kecelakaan itu berkaitan.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan helikopter Tiger, yang pertama kali terbang di Mali pada awal tahun ini, membutuhkan perawatan lebih mengingat panas tinggi dan keadaan lingkungan lain, namun sudah memenuhi semua persyaratan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tim yang terdiri atas 15 perwira militer Jerman akan tiba di Mali pada Kamis, untuk mencari kotak hitam dari helikopter yang jatuh tiba-tiba tanpa memberi panggilan darurat, menurut militer.

Laporan dari kementerian, yang disampaikan kepada parlemen pada November lalu, menunjukkan bahwa seluruh armada helikopter Tiger Jerman, yang berjumlah 27 pesawat, hanya memiliki kesiapan sekitar 44 persen. Namun dikatakan bahwa pesawat memiliki tingkat kesiapan 90 persen ketika penempatan di Afghanistan selama 18 bulan pada 2012 dan 2013.

Produsen Tiger, Airbus, mengatakan bahwa pihaknya ikut mendukung tentara Jerman dalam melakukan penyelidikannya, namun mereka menolak memberikan tanggapan tambahan.

Jerman sepakat untuk mengerahkan empat helikopter jenis Tiger dan empat jenis NH-90 ke Mali awal tahun ini, setelah militer Belanda mengatakan tidak dapat melanjutkan pekerjaan mereka. Namun meningkatnya dukungan Jerman sangat diperdebatkan oleh parlemen.

Jerman memiliki sekitar 1.000 tentara yang bertugas di Mali sebagai bagian dari MINUSMA dan misi Uni Eropa.

Helikopter dipandang sebagai salah satu kebutuhan penting bagi misi MINUSMA di Mali utara, untuk kebutuhan pengawasan dan pemantauan kedudukan tentara dalam proses perdamaian yang diusung PBB.

Sebelumnya, sebuah helikopter Belanda jatuh pada 2015, terdapat spekulasi tentang apakah panas dan debu yang ekstrem berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan. Misi tersebut tengah berusaha untuk mengganti tujuh helikopter Belanda yang ditarik tahun ini.

Empat tahun setelah campur tangan militer pimpinan Prancis menyingkirkan pemberontak dari kota yang mereka rebut pada 2012, Mali utara tetap diliputi kekerasan dan banyak serangan menjadikan MINUSMA sebagai penjaga perdamaian PBB paling mematikan di dunia.

Baca juga:

Kesiapan Helikopter Prancis Rendah, Tiger Paling Payah