Site icon

Apakah Militer Amerika Memang Lebih Kuat Dibanding Negara Lain?

F-22

Kita sering mendengar tentang fakta bahwa Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak anggaran pertahanan dibandingkan negara lain. Bahkan 10 negara yang ada di bawahnya jika digabungkan, anggaran militer Amerika masih lebih tinggi.

Hal ini kerap dijadikan dasar untuk menyebut militer Amerika Serikat secara otomatis juga menjadi terkuat di dunia. Negara ini akan menjadi pemenang jika berperang di manapun di planet ini. Benarkah demikian?

Menarik menyimak kritikan tajam seorang Dimitry Orlov yang lahir di Leningrad dan berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1970-an.  Dia adalah penulis buku Reinventing Collapse, Hold Your Applause! and Absolutely Positive, dan memiliki blog terkenal www.ClubOrlov.com .

“Jika kita melihat  bahwa pertahanan AS benar-benar menghabiskan uang banyak dan melihat kemampuan militer, gambaran yang muncul sepenuhnya berbeda,” katanya dalam tulisan yang ditayangkan Global Research  beberapa waktu lalu.

Untuk menilai kekuatan militer hanya berdasarkan dari pengeluaran militer maka seperti bertaruh pada pacuan kuda dengan hanya melihat apa yang dimakan kuda itu. Tentu, kuda harus makan, tapi kuda yang memakan sepuluh kali lebih dari semua kuda lain mungkin tidak akan keluar sebagai pemenang karena ada sesuatu yang tidak beres dengan itu.

Kemudian juga harus dipertimbangkan bahwa setiap dolar yang dihabiskan untuk militer Amerika Serikat tidak sebanding dengan rubel atau yuan yang dihabiskan oleh Rusia dan China. Bagaimana uang itu digunakan sangat berbeda.

Juga, lanjut Dmitry Orlov, jangan kehilangan jejak kenyataan bahwa militer AS memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan militer negara lain. Tujuan utamanya adalah untuk ofensif, bukan defensif. Amerika berusaha untuk membangun mendominasi dan menundukkan seluruh planet. Sementara negara lain hanya mencoba untuk mempertahankan wilayah mereka dengan beberapa negara lain mencoba untuk menggagalkan ambisi militer Amerika Serikat untuk menundukkan seluruh planet tersebut.

Secara umum, jika tujuannya adalah itu maka tidak peduli berapa uang yang terbuang tetap akan dilakukan untuk mencapainya. Lebih khusus, itu jauh lebih murah untuk memecahkan sesuatu daripada membuat sesuatu, dan militer AS, tidak peduli berapa banyak uang yang dihabiskan masih dianggap murah.

Sebagai misal,  biaya untuk membangun kapal induk Kelas Nimitz mencapai sekitar US$ 5 miliar, sementara rudal Kalibr Rusia yang dapat diluncurkan dari sebuah ‘kapal nelayan’ dari jarak 1200 km jauhnya dan menghancurkan kapal induk itu hanya seharga masing-masing US$1,2 juta. Dengan itung-itungan seperti ini Rusia bisa menghancurkan seluruh kapal induk tanpa melebihi anggaran pelatihan militer mereka selama satu tahun.

NEXT: PROYEK LIMBAH

PROYEK LIMBAH

Hal yang tidak kalah penting adalah kenyataan Amerika kerap menghabiskan uang mereka untuk sesuatu yang tidak dalam upaya mencapai tujuan sebenarnya. Begitu banyak proyek militer yang berakhir menjadi limbah, proyek kesombongan dan teknologi mahal. Mari kita lihat beberapa di antaranya:

Banyak contoh yang jika disebutkan akan begitu panjang. Tetapi contoh-contoh ini menunjukkan prinsip dasar bahwa menghabiskan uang banyak untuk hal-hal yang akhirnya tidak bekerja tidak akan membuat kekuatan militer AS kuat.

Berikutnya, mari kita lihat bagaimana cara Amerika menghabiskan uang pertahanan. Pentagon menghabiskan uang dengan membayar kontraktor militer, yang mereka adalah perusahaan-perusahaan yang jelas ingin mencari keuntungan. Kontraktor pertahanan tidak akan tertarik untuk menilai bagaimana penggunaan anggaran secara tepat tetapi lebih tertarik bagaimana mereka menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham mereka.

Oleh karena itu, aman untuk menulis dari sepertiga dari semua belanja pertahanan telah menjadi keuntungan bagi kontraktor artinya tidak terkait dengan militer.

Juga, perlu diingat bahwa banyak dari uang itu yang kemudian dicuri alias dikorupsi. Pentagon belum diaudit dalam beberapa dekade, dan belum ditemukan lari ke miliaran dolar. Banyak pengeluaran yang berhubungan dengan pertahanan didaur ulang menggunakan berbagai skema untuk kemudian menjadi sumbangan kampanye untuk anggota Kongres AS, yang anggotanya kemudian mendukung belanja pertahanan meningkat.

Ada juga skema mana kontraktor pertahanan membayar biaya konsultasi selangit kepada petugas pensiun yang sebenarnya ini merupakan kompensasi yang ditangguhkan karena ketika pejabat itu masih aktif telah memberikan banyak proyek untuk kontraktor pertahanan sepanjang karier mereka dan akhirnya dibayar setelah mereka pensiun. Banyak skema lain hingga kemudian semakin merongrong kekuatan militer Amerika untuk bisa mencapai pada tingkat yang diharapkan.

NEXT: TIDAK PERNAH MENCAPAI TUJUAN

TIDAK PERNAH MENCAPAI TUJUAN

Parahnya lagi pengembangan kekuatan ahli juga kedodoran karena mungkin anggarannya justru sangat sedikit. Bisa dilihat generasi AS sekarang telah tertinggal di belakang dalam hal ilmu pengetahuan dan matematika dibanding negara lain. Ada beberapa universitas dan lembaga di AS yang sangat baik yang meluluskan spesialis teknis hebat, tetapi yang diluluskan sebagian besar justru orang asing. Di tingkat pascasarjana dalam ilmu dan rekayasa, warga AS adalah minoritas kecil.

Dan muncul praktik umum di Amerika untuk menyewa spesialis kelahiran asing. Tapi pertahanan khusus: memerlukan bakat asli, atau kesetiaan, dan semangat untuk melakukan pekerjaan yang unggul, tidak ada.

Dan itulah apa yang kita lihat: urutan panjang bencana militer sejati. AS telah terlibat dalam serangkaian panjang kampanye militer terhadap lawan sangat lemah, di mana ia membuktikan diri mampu menghancurkan tetapi dengan efek kerusakan yang lebih mengejutkan seperti munculnya ISIS, negara gagal dan sebagainya.

Tujuan akhir dari semua misi militer adalah menghentikan permusuhan dan mencapai kondisi yang lebih baik. Jika tujuan ini tidak dapat dicapai, maka misi militer bisa dikatakan buruk atau bahkan tidak berguna. Apakah militer AS telah mampu melakukan ini di salah satu negara di mana ia melakukan intervensi militer-Afghanistan, Irak, Libya, Yaman, Suriah, Ukraina? Tidak, tentu tidak.

“Beberapa orang mungkin menganggap kritik dan saran ini sebagai sikap tidak patriotik karena kita semua harus mendukung pasukan kita. Yakinlah, ini tidak ada hubungannya dengan pasukan. Mereka tidak bisa membuat keputusan tentang pengadaan, dan mereka tidak bisa memilih misi. Tetapi jika Anda ingin menjadi seorang patriot, maka Anda juga dapat melayani dan melindungi rakyat, pasukan khususnya (karena, jangan Anda lupa, mereka adalah manusia juga) dengan membawa mereka pulang dan memberi mereka pekerjaan sipil melakukan sesuatu yang berguna, atau setidaknya sesuatu yang tidak berbahaya bagi dunia pada umumnya atau keuangan, lingkungan, kesehatan, reputasi atau keamanan negara,” Dmitry Orlov di akhir tulisannya.

Exit mobile version