Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menyerukan agar semua berjuang untuk menguasai Al-Aqsa dan menaklukkan “komplotan rasis Israel.”
Berbicara pada 21 Juli 2017 dalam sebuah pertemuan para pemimpin Palestina di kota Ramallah di Tepi Barat Abbas berbicara mengumumkan bahwa semua kontak dengan Israel dibekukan.
Menurut sebuah pernyataan dari partai penguasa Palestina, Fatah, “pertempuran untuk Yerusalem telah dimulai secara efektif, dan tidak akan berhenti sampai sebuah kemenangan Palestina dan pembebasan situs-situs suci dari pendudukan Israel,” dikutip oleh Times of Israel.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Fatah berbicara dengan terang-terangan tentang orang-orang Palestina yang melakukan demonstrasi di Yerusalem pada hari Jumat. Protes tersebut berubah menjadi kekerasan, dengan tiga pemrotes terbunuh oleh penegak hukum Israel dan sekitar 200 lainnya terluka.

Sementara pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Minggu 23 Juli 2017 melaporkan sebuah roket diluncurkan dari Gaza menorah ke Israel. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
“Beberapa waktu yang lalu, sebuah roket diluncurkan dari Jalur Gaza utara. Roket tersebut meledak di udara, tidak ada korban luka yang dilaporkan,” tulis IDF di Twitter.
Jalur Gaza, bersama dengan Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat dan Semenanjung Sinai dicaplok Israel sebagai akibat dari Perang Enam Hari Arab-Israel pada tahun 1967.
Protes baru-baru ini berkisar pada penggunaan detektor logam oleh Israel di pintu masuk ke kompleks suci.
Fatah memuji tindakan para pemrotes melawan musuh dan juga tindakan untuk melindungi Al-Aqsa dan perjuangan mereka melawan rencana Israel, sembari mengorbankan jiwa dan darah. Fatah juga meminta masa berkabung tiga hari bagi orang mati, juga pemogokan umum.
Setelah Israel memasang detektor logam di pintu masuk masjid, Fatah menggambarkan langkah tersebut sebagai rencana “rasis” untuk “mengambil alih Al-Aqsa.” Partai penguasa Palestina mengklaim bahwa hanya pemindahan semua detektor yang bisa diterima sepenuhnya.
Abbas mengumumkan pada hari Jumat bahwa dia akan membekukan semua kontak dengan Israel sampai Yerusalem. “Langkah yang diambil oleh Israel mengarah pada konfrontasi religius dan penghindaran dari proses diplomatik,” katanya, menurut Haaretz.
Presiden Palestina tersebut menegaskan bahwa dia telah berkomunikasi dengan kepala negara dari Mesir, Arab Saudi dan Maroko untuk meminta dukungan.
Baca juga: