Baru sebulan yang lalu, rencana dua rival tempur tempur Prancis dan Jerman bergabung dalam formasi untuk mengembangkan penerus Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon seperti omong kosong.
Kini semua berubah ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah menegaskan niat mereka untuk bekerja sama dalam berbagai program pertahanan termasuk membangun jet tempur generasi berikutnya.
Meski industri mereka telah selaras dengan berbgaai proyek seperti helikopter Airbus Helicopters Tiger dan NH Industries NH90 serta pesawat transportasi taktis Airbus A400M, penjualan pesawat tempur selalu dilihat berbeda.
Sebagai contoh Rafale diciptakan setelah Paris melihat kebutuhan operasionalnya berbeda dari negara mitra Eurofighter beberapa dekade yang lalu.
Jika Macron dan Merkel benar, pesawat tempur Prancis-Jerman akan lebih mampu daripada penawaran hari ini, dan juga mengemas pukulan yang lebih besar pada tahap ekspor.
Tapi bagaimana dengan Inggris? Awal dekade ini, Perdana Menteri David Cameron dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menempa hubungan politik dan militer yang ketat di bawah apa yang diluncurkan sebagai “entente nécessaire”.
Meski beberapa orang akan menyukai prospek Inggris untuk menentukan jalannya sendiri menuju jet tempur masa depan tanpa Eropa, tetapi Inggris tetap akan tergantung pada Eropa terutama dengan Airbus. Dengan kata lain, jet tempur baru yang akan dibangun Prancis-Jerman berpeluang besar untuk jadi pemenang.
Baca juga:
Eropa Hadapi Tantangan Raksasa untuk Membangun Jet Tempur Baru