Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta Kongres untuk memperpanjang darurat militer di Mindanao hingga akhir tahun ini supaya dapat memberikan waktu kepadanya untuk menghancurkan gerakan pemberontak yang terinspirasi oleh kelompok ISIS.
Wilayah berpenduduk 22 juta orang, yang memiliki sejarah pemberontakan separatis dan Marxis, ditempatkan di bawah kekuasaan militer pada 23 Mei, setelah pemberontak dari kelompok Maute dan Abu Sayyaf mengambil alih atas beberapa bagian Kota Marawi, membuat Filipina dilanda krisis keamanan terbesar dalam beberapa tahun belakangan.
Para petempur telah melancarkan perlawanan sengit, dengan sebagian besar petempur muda mereka masih bersembunyi di pusat kota Marawi, walau telah menghadapi 57 hari serangan darat, serangan udara dan pemboman senjata berat.
Menurut pihak berwenang pertempuran tersebut telah menewaskan 413 anggota militan, 98 pasukan keamanan dan 45 warga sipil.
“Tujuan utama dari perpanjangan darurat militer adalah memungkinkan pasukan kita untuk melanjutkan operasi mereka, dan tidak terganggu oleh adanya tenggat waktu, sehingga mereka dapat lebih fokus pada pembebasan Marawi, perbaikan dan pembangunan kembali,” kata juru bicara kepresidenan Ernesto Abella, sambil membaca sepucuk surat yang ditandatangani oleh Duterte Selasa 18 Juli 2017.
Duterte telah menunjuk satuan tugas untuk membangun kembali kota Marawi, dengan anggaran sebesar 20 miliar peso.
Serangan yang dilancarkan oleh para gerilyawan bersenjata berat, anggota kelompok yang telah mengikrarkan janji setianya kepada ISIS, telah menimbulkan keresahan bahwa para pegaris keras, mungkin telah meradikalisasi dan merekrut lebih banyak petempur daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Pengepungan Marawi adalah pertempuran keempat antara klan Maute dan pihak militer selama sembilan bulan belakangan.
Duterte telah lama memperingatkan bahwa wilayah Mindanao tengah menghadapi kontaminasi oleh IS, dan para ahli mengatakan bagian-bagian wilayah Muslim yang didominasi penduduk Katolik di Filipina selatan, adalah lahan subur untuk perluasan pengaruh ISIS akibat sejarah penyisihan dan pengabaian mereka.
Baca juga: