Tidak seperti salinan pesawat Rusia sebelumnya seperti A-5 dan J-7, J-11 belum diekspor yang memberikan Rusia masih terhibur karena tidak akan merebut pasar Flanker. Pesawat ini juga tidak pernah digunakan dalam pertempuran.
Satu pesawat terlibat dalam sebuah insiden pada 19 Agustus 2014, ketika J-11 mencegat P-8 Poseidon Angkatan Laut Amerika di dekat Pulau Hainan dan terbang pada jarak 20 kaki mendorong munculnya keluhan dari Amerika.
April ini, penyebaran 16 J-11B ke Pulau Woody di Laut China Selatan juga telah menimbulkan protes diplomatik dari Vietnam.
Secara keseluruhan J-11B tampaknya menjadi jet tempur yang memadai yang setara dengan F-15 dengan memiliki elektronik yang bisa dibilang lebih canggih untuk bisa setara dengan pesawat buatan Rusia.
Bahkan, J-11D dan J-16 menunjukkan bahwa China merangkul gaya peperangan jaringan ala Amerika dengan menekankan platform daya tahan tinggi menggunakan rudal luar visual range. Namun, tanda tanya besar tetap pada kinerja mesin yang diproduksi di dalam negeri.
Berbicara tentang China yang telah membeli 24 Su-35. Mengingat apa yang terjadi terakhir kali, Rusia awalnya menolak untuk menjualnya dalam jumlah kecil.
Pada Januari 2016 China dan Rusia setuju untuk pembelian 24 Su-35 senilai US$ 2 miliar. Banyak pengamat percaya motivasi utama China untuk membeli adalah untuk meniru mesin AL-41FS yang digunakan Su-35.
Salah satu cara atau lain, China akhirnya akan mengembangkan mesin jet kinerja tinggi dengan membeli desain dari Rusia.
Sumber: National Interest