Turki telah setuju untuk membayar Rusia sebesar US$2,5 miliar atau sekitar Rp34 triliun untuk pembelian sistem pertahanan rudal S-400.
Seorang pejabat Turki yang dikutip Bloomberg Kamis 13 Juli 2017 mengatakan bahwa kekuatan regional tersebut ingin membangun sistem pertahanan rudalnya sendiri.
“Bagi Turki, aspek kunci dari kesepakatan adalah transfer teknologi atau know how. Perjanjian Rusia untuk mengizinkan dua dari baterai S-400 yang akan diproduksi di Turki akan memenuhi tujuan itu,” tambah pejabat tersebut.
Pembelian sistem rudal Rusia oleh Turki merupakan tanda yang jelas dari kekecewaan negara tersebut terhadap Barat, terutama karena sikap Uni Eropa terhadap Turki dan fakta bahwa pemimpin kelompok Gülenist (FETÖ), Fetullah Gülen tinggal di AS dan Pejabat Amerika belum mengambil langkah apapun untuk mengekstradisi dia meskipun “85 kotak bukti konkret” membuktikan bahwa dia berada di balik usaha kudeta 15 Juli, yang menyebabkan 249 orang tewas dan lebih dari 2100 orang terluka.
Amerika Serikat juga memberi dukungan terhadap kelompok teroris YPG yang berafiliasi dengan PKK yang dianggap teroris oleh Ankara. Hal ini menjadikan hubungan kedua negara semakin buruk.
Turki dan Rusia telah terlibat dalam pembicaraan mengenai kerja sama Turki dengan Rusia di sektor pertahanan sejak 2016. S-400 adalah generasi baru sistem rudal Rusia, yang sejauh ini hanya dijual ke China dan India.
Tahun lalu, China dan India menandatangani sebuah kesepakatan antar pemerintah untuk pengadaan empat resimen buatan Rusia S-400. Turki akan menjadi negara anggota NATO pertama yang membeli sistem tersebut.
Baca juga:
Mampukah Lolos dari Tekanan NATO? Turki di Tahap Akhir Pembelian S-400