Dalam logika Beijing, baterai rudal membuat Laut China Selatan tempat yang lebih aman. China berkeinginan untuk memperluas kemampuan perang, sebenarnya.
Dalam publikasi PLA Daily, peneliti di People’s Liberation Army’s Naval Military Academic Research Institute mengatakan negara itu membutuhkan sedikitnya tiga kapal induk untuk patroli angkatan laut, pelatihan, dan pemeliharaan.
Sementara di bawah arahan Kongres, Pentagon melakukan penilaian strategi di kawasan Asia-Pasifik. Center for Strategic and International Studies menghasilkan laporan pada bulan Januari 2016 lalu yang memperingatkan bahwa Laut China Selatan akan menjadi “danau China” pada tahun 2030, karena akan ada begitu banyak kapal induk China operasional pada saat itu. Artinya jumlahnya akan lebih banyak dari tiga.
Sebuah basis di Djibouti, atau di lokasi lain terbuka untuk hosting Angkatan Laut China akan diperlukan untuk proyeksi kekuatan di luar lingkungan China.
Pada akhirnya, basis China di Djibouti adalah komponen dari unggulan inisiaif Xi Jinping yang dikenal dengan “One Belt, One Road” .
China juga sedang membangun Colombo Port City, sepetak tanah yang akan direklamasi di lepas pantai ibukota Sri Lanka, dan akan memiliki Port City ketika beroperasi.
China memiliki ambisi untuk mengubah pelabuhan Chittagong Bangladesh. Meski munkgin hal itu tidak terjadi jika mungkin Jepang telah membentuk pijakan di sana.
Sebuah perusahaan milik negara China menandatangani kontrak 40 tahun untuk menguasai zona perdagangan bebas Gwadar Pelabuhan di Pakistan.
China menginvestasikan US$ 2,5 milyar pada Pulau Maday di Burma untuk mengamankan pipa minyak dan gas di Provinsi Yunnan.
China menggunakan Pelabuhan Victoria di Seychelles sebagai tempat pengisian bahan bakar untuk operasi anti anti bajak laut dan dibangun untuk Seychelles Coast Guard untuk patroli.
Sebuah laporan Booz Allen Hamilton menyebut pelabuhan ini bagian dari “kalung mutiara” China karena menjadi jaringan fasilitas yang melalui chokepoints maritim besar dan lokasi strategis.
Apa yang kita lihat sekarang adalah Angkatan Laut memperluas ke arah barat. China mengatakan ia mempertahankan prinsip non-intervensi dalam kebijakan luar negerinya, tetapi ketika pasukan China menginjakkan kaki di Djibouti, itu akan menjadi jelas bahwa rencana ekonomi “One Belt, One Road ” memiliki komponen militer yang kuat.
Untuk angkatan laut China, hal ini berarti penyesuaian yang signifikan untuk peran mereka di masa depan. Mereka bukan saja mengamankan kepentingan Beijing di Laut China Timur dan Selatan, Angkatan Laut China kini juga merupakan alat kekuasaan proyeksi di seluruh dunia.