Pemerintah Amerika Serikat menyetujui permintaan peningkatan armada pesawat tempur Boeing F / A-18F Super Hornet milik Australia dengan kontrak senilai US$101,4 juta atau sekitar Rp1,4 triliun.
Pekerjaan yang disetujui oleh Departemen Luar Negeri, yang diumumkan oleh Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan atau Defense Security Cooperation Agency (DSCA) Amerika pada 11 Juli 2017, mencakup integrasi sistem komunikasi dan penanggulangan, serta pengujian, pelatihan, dan dukungan.
Seperti yang dicatat oleh pemberitahuan DSCA kepada Kongres, pemerintah Australia meminta kemungkinan penjualan 32 Multifunctional Information Distribution System Joint Tactical Radio Systems (MIDS JTRS) dengan empat chanel concurrent multi-network (CMN-4), dan 39 AN/ALQ-214A(V)4 countermeasure systems.
Kesepakatan tersebut juga mencakup semua integrasi sistem dan pengujian, peningkatan komponen, peningkatan peralatan uji dan peralatan, dukungan penambahan peralatan, dukungan pasokan, publikasi dan pemutakhiran dokumen teknis dan pelatihan.
“Penjualan yang diusulkan akan memperbaiki kemampuan Australia saat ini dan masa depan. Peralatan ini akan membantu Royal Australian Air Force [RAAF] berkomunikasi lebih baik dan melindungi pesawat F / A-18, dan penambahan MIDS JTRS akan mencapai tujuannya. Membuat pesawat Amerika dan Australia lebih bisa dioperasikan bersama saat mendukung pasukan operasional, ” demikian bunyi pemberitahuan tersebut.
Pada awal tahun 2007, Australia mengumumkan akan membeli 24 F / A-18F Super Hornet, untuk menggantikan F-111 di Amberley. Pengiriman pesawat mulai dilakukan tahun 2010.
Super Hornet Block II Australia, dilengkapi dengan radar AESA Raytheon AN / APG-79 dan hampir identik dengan milik Angkatan Laut Amerika.
Satu-satunya perbedaan adalah dimasukkannya VOR/ILS (VHF omnidirectional range/instrument landing system) sebagai pengganti TACAN (tactical air navigation) dan subskala altimeter yang dikalibrasi dalam milibar bukan inci merkuri. Australia akan tetap mempertahankan Super Hornet di layanan bersama F-35A sampai setidaknya tahun 2030. Pada 2016 Super Hornet Australia juga telah menjalani upgrade pertama.
Baca juga: