https://www.youtube.com/watch?v=7kS8FqpiaIc
Pengetahuan Awal
Ada hal yang tidak bisa dilupakan yakni salah satu penangkapan massal paling aneh dalam sejarah Bandara Sheremetyevo-2 Moskow. Pada tanggal 15 Oktober 1992, polisi menahan 60 ilmuwan rudal Rusia, bersama keluarga mereka, saat mereka bersiap untuk naik pesawat untuk Korea Utara.
Ketika diintrogasi, para ilmuwan tersebut mengakui bahwa mereka telah dipekerjakan sebagai sebuah kelompok untuk membantu warga Korea Utara membangun armada rudal modern. Pada hari-hari awal setelah runtuhnya Uni Soviet, ilmuwan senjata elit Rusia tidak mendapat pekerjaan dan kalaupun punya gajinya sangat kecil yang sekadar cukup untuk membantu mereka memberi makan dan memberi pakaian keluarga mereka.
“Kami ingin menghasilkan uang dan kembali,” salah satu ilmuwan menjelaskan pada saat itu kepada jurnalis Rusia.
Sejumlah ilmuwan lain melakukan perjalanan pada 1990-an, membawa serta pengalaman puluhan tahun, serta bagian dan cetak biru. Ini adalah awal dari kebangkitan di gudang rudal Korea Utara, yang sampai saat itu sebagian besar terdiri dari generasi awal Scuds, beberapa di antaranya dibeli di pasar gelap.
Sekitar waktu yang sama, Korea Utara juga memperoleh teknologi nuklir sensitif dari ilmuwan Pakistan Abdul Qadeer Khan.
Pemerintah Rusia telah menegaskan bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan pengalihan rahasia rudal ke Korea Utara. Namun desain Soviet menjadi dasar untuk serangkaian rudal balistik jarak menengah yang dibangun dan diuji oleh Korea Utara selama dua dekade selanjutnya, dengan fitur dan kemampuan tambahan yang ditambahkan oleh insinyur generasi baru yang direkrut dari sekolah terbaik di negara tersebut.
Namun, program tersebut terus berlanjut, dengan banyak rudal yang meledak di peluncur, kata Gaurav Kampani, pakar keamanan internasional University dan peneliti di Atlantic Council yang berbasis di Washington.
“Rudal balistik Korea Utara, terutama proyek rudal jarak jauh, sering dianggap sebagai lelucon karena sejumlah kegagalan uji yang tidak biasa,” kata Kampani The Washington Post.