Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atau Korea Utara memperingatkan akan adanya perang nuklir yang akan terjadi setelah sebuah operasi pengeboman Amerika di dekat perbatasannya pada Jumat 7 Juli 2017.
Dalam sebuah editorial di surat kabar Rodong Sinmun, Minggu, Korea Utara menuduh Washington terlibat dalam “provokasi militer” yang dirancang untuk memulai konflik nuklir di wilayah tersebut.
“Semenanjung Korea adalah gudang mesiu terbesar di dunia yang memiliki risiko perang nuklir tertinggi, dan merupakan titik panas terbesar di dunia yang selalu memiliki risiko perang nuklir,” tulis editorial yang dikutip Russia Today Senin.
“[Washington] pasti bergerak ke dalam perang dunia baru,” tegas editorial Rodong Sinmun sembari menambahkan bahwa gerakan militer Amerika di wilayah tersebut hanyalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari krisis Presiden Donald Trump di Capitol Hill.
Setelah peluncuran rudal yang diklaim Pyongyang sebagai ICBM pertamanya, Dewan Keamanan PBB mengadakan sebuah pertemuan darurat dan AS mengerahkan dua pembom strategis B-1B ke wilayah tersebut. Pesawat menembakkan bom dalam latihan di Korea Selatan. Pemboman B-1B dikawal oleh jet tempur AS, Korea Selatan dan Jepang.
Pyongyang baru-baru ini juga menyatakan keinginannya untuk melanjutkan uji peledakan senjata nuklir bawah tanah. Namun badan intelijen AS yang memantau citra satelit di fasilitas pengujian senjata nuklir DPRK, mengatakan pada hari Minggu bahwa antara tanggal 28 dan 5 Juli tidak ada aktivitas baru yang signifikan yang dapat diamati.
Pyongyang telah meledakkan lima bom nuklir bawah tanah sejak awal abad ke-21 masing-masing pada tahun 2006, 2009, dan 2013; dan dua di tahun 2016.
Baca juga:
Berapa Rudal Yang Diluncurkan Korea Utara Sejak 1984? Mari Kita Lihat