Pada tanggal 7 dan 8 Juli, sepasang pembom B-1B, salah satu pesawat paling kuat milik Amerika Serikat melakukan misi, yang disebut”demonstrasi” oleh Pentagon. Pesawat sepanjang 150 kaki yang berbasis di Guam ini berangkat dan terbang mendekati perbatasan Korea Utara dengan dikawal jet tempur Korea Selatan dan Jepang.
Pengiriman pembom di Pasifik bukan hal yang baru. Tetapi B-1B Lancer yang berbasis di Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam semakin sering menerbangkan misi show-of-force. Menurut laporan Air Force Magazine telah ada 73 misi sejak 2016. Jumlah iniItu meningkat 62 persen sejak 2015.
Angkatan Udara memperkirakan jumlah misi semacam itu dari Andersen pada 2017 akan jauh melampaui 2016. “Kami mungkin akan mendekati potensi untuk menggandakannya lagi tahun ini,” kata Brigadir Jenderal Stephen Williams mengatakan kepada majalah tersebut Minggu 9 Juli 2017.
B-1 adalah salah satu dari tiga pembom berat Angkatan Udara dengan dua yang lain adalah B-2 Spirit dan B-52 Stratofortress. Namun B-1 tidak membawa senjata nuklir seperti dua pembom lainnya.
Mengingat fakta ini, Angkatan Udara memperlakukan Lancer sebagai andalan dan secara teratur mengirim pembom sayap variabel pada misi intensif di Irak, Afghanistan dan Libya selama lebih dari satu dekade.
Selama misi tempur terakhir Lancer, sampai Februari 2016, pembom tersebut menjatuhkan 3.800 amunisi untuk menyerang ISIS selama enam bulan bergabung dalam misi tersebut.
Raksasa delapan mesin B-52 kemudian terbang ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar dan mengambil alih posisi B-1, yang memasuki depot untuk upgrade ke kokpits digital. Sebagian besar Lancer dibangun pada tahun 1980an dan masih menggunakan teknologi dari era tersebut.
Pada bulan Agustus 2016, B-1 tiba di Andersen untuk pertama kalinya pesawat yang dijuluki Bone itu ditempatkan di pangkalan ini sejak tahun 2006.
Dari Guam, militer Amerika melaksanakan apa yang disebut sebagai misi “Continuous Bomber Presence (CBP) atau kehadiran kontinu pembom. Idenya adalah secara rutin merotasi Lancer, Stratofortresses dan Spirits melalui Andersen sebagai alat untuk menekan Korea Utara dan China.
Dalam pemandangan yang langka, ketiga tipe pembom tersebut bersama di landasan pacu yang sama saat Lancer tiba tahun lalu.
B-2 jumlahnya sedikit yakni hanya 20 pesawat termasuk satu di skuadron uji. Hal ini menjadikan sebagian besar misi CBP dilakukan oleh B-1 dan B-52.
Pada tahun 2008, Angkatan Udara mengeluarkan B-2 dari Guam setelah salah satu pembom siluman jatuh ketika mengalami kegagalan sensor. Pada Mei 2016, sebuah B-52 juga jatuh dan terbakar di Andersen, tetapi tidak menjadikan pembom itu ditarik.
Pembom B-1 dengan muatan 75.000 ponnya bisa membawa senjata dalam jumlah besar daripada B-2 dan B-52 jika tidak menghitung senjata nuklir.
Sebuah Bone bisa membawa bom hingga 8.400 pon atau dua lusin bom Mk-84 seberat 2.000 pon. Selain itu, pesawat mampu melakukan serangan jarak jauh dengan 24 rudal AGM-158 JASS, yang memungkinkan serangan jauh ke Korea Utara dari jarak ratusan mil jauhnya.
Baca juga: