Raksasa pertahanan Amerika Serikat Raytheon memenangkan kontrak senilai hampir US$ 50 miliar atau sekitar Rp670 triliun untuk memperbaiki atau mengganti komponen radar pada pengebom stealth B-2 yang sudah usang.
“Raytheon Co., El Segundo, California, telah mendapatkan kontrak senilai US$ 49.997.167 untuk merekayasa guna mengurangi masalah keusangan komponen radar B-2, membangun alat untuk pengujian integrasi, dan melakukan layanan perbaikan untuk komponen radar,” kata Departemen Pertahanan amerika mengatakan dalam sebuah siaran pers Jumat 7 Juli 2017.
Pembom stealth ini adalah target program Defensive Management System Modernization baru yang dikenal dengan nama B-2 DMS-M yang akan mulai diuji pada tahun 2017.
B-2 DMS-M menampung electronic support measures (ESM), antena ESM baru dan unit pemrosesan display untuk meningkatkan radar deteksi ancaman, identifikasi, dan kemampuan menghindar.
Angkatan Udara saat ini mengoperasikan 20 B-2, dengan mayoritas dari mereka berbasis di Whiteman AFB di Missouri. B-2 dapat mencapai ketinggian 50.000 kaki dan membawa muatan 40.000 pon termasuk senjata konvensional dan nuklir.
Pesawat, yang mulai beroperasi pada tahun 1980, telah diterbangkan misi Irak, Libya dan Afghanistan. Bahkan, mengingat kemampuannya untuk terbang sejauh 6.000 mil laut tanpa perlu mengisi bahan bakar, B-2 pernah terbang dari Missouri sampai ke sebuah pulau di lepas pantai India yang disebut Diego Garcia sebelum meluncurkan misi pemboman di Afghanistan.
Baca juga: