Peluncuran rudal oleh Korea Utara pada Selasa 4 Juli 2017 mendapat penilaian berbeda dari Amerika dan Rusia terutama dalam jenis rudal yang ditembakkan.
Amerika mempercayai klaim Pyongyang bahwa rudal yang diuji adalah jenis rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM). Sementara Rusia tetap bersikukuh senjata itu masuk kategori rudal balistik jarak menengah.
Pemerintahan Trump pada hari Selasa 4 Juli 2017 mengkonfirmasi klaim Korea Utara bahwa mereka telah meluncurkan rudal balistik antarbenua, dan mengatakan kepada Pyongyang bahwa Amerika Serikat akan menggunakan kemampuan penuh untuk melawan ancaman yang terus meningkat.
Pemerintah menindaklanjuti peringatan tersebut pada hari Rabu pagi dengan sebuah latihan militer gabungan di mana pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan dengan menembakkan rudal balistik ke perairan di sepanjang pantai timur Semenanjung Korea.
Namun Korea Utara pada hari Rabu menegaskan kembali bahwa hal itu tidak akan pernah menyimpang dari tekadnya untuk meningkatkan kemampuan nuklir dan misilnya selama “kebijakan bermusuhan” Amerika Serikat dan “ancaman nuklir” terus berlanjut.
Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola Korea Utara mengatakan rudal balistik antarbenua barunya, Hwasong-14, mampu memukul “jantung Amerika Serikat” dengan “hulu ledak nuklir besar.” Peluncuran tersebut, menurut kantor berita tersebut, berhasil menguji fungsi pendorong dua tahap rudal tersebut dan kemampuan hulu ledak untuk menahan panas dan getaran yang kuat saat memasuki atmosfer bumi.
Berbeda dengan Washington, Moskow tetap tidak percaya bahwa yang diluncurkan Korea Utara pada Selasa tersebut adalah rudal antarbenua.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov Rabu mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui jenis rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara. Pernyataanya tersebut menguatkan pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya.
Dikatakan bahwa rudal tersebut menempuh jarak sejauh 580 mil dan mencapai ketinggian 1.740 mil selama penerbangan 39 menit sebelum jatuh di Laut Jepang. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa jenis rudal tersebut berada pada jarak menengah, bukan antarbenua.
Lavrov menambahkan bahwa tujuan untuk melumpuhkan semenanjung Korea seharusnya tidak dijadikan dalih untuk perubahan rezim di DPRK.
“Setiap upaya untuk membenarkan keputusan militer, dengan menggunakan dalih resolusi Dewan Keamanan PBB, tidak dapat diterima dan akan menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga di wilayah ini, yang berdekatan dengan Federasi Rusia dan Republik Rakyat China. Upaya untuk secara ekonomi dengan mencekik DPRK juga tidak bisa diterima. ”
Baca juga: