Meski pemerintah Duterte kerap bersikap keras pada Amerika, toh akhirnya Filipina tetap bergantung pada negara ini.
Sebuah pesawat kargo Angkatan Udara Filipina yang dikirim ke Amerika Serikat bulan lalu telah kembali berada ke negara tersebut dengan membawa sejumlah roket dan amunisi yang dibutuhkan untuk mengisi gudang persediaan Pasukan Bersenjata Filipina.
Pimpinan pertahanan dan militer mengirim pesawat kargo C-130 Hercules ke Tucson, Arizona untuk mengambil bom dan roket yang dibutuhkan untuk serangan udara di Marawi City untuk menyingkirkan para teroris Maute. “Amunisi tersebut ditujukan untuk pesawat (serangan),” kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana sebagaimana dikutip Philstar Rabu 5 Juli 2017.
Lorenzana sebelumnya mengatakan bahwa persediaan amunisi militer untuk FA50 dan pesawat lainnya hampir habis untuk menyerang Mautes di Marawi.
AFP saat ini menggunakan pesawat tempur/serang FA50, OV-10 Bronco dan SIAI-Marchetti SF-260 serta helikopter tempur AgustaWestland AW-109 dan MG-520 untuk menyerang posisi Maute.
Lorenzana juga mengungkapkan, departemen pertahanan Filipina diharapkan bisa menerima pengiriman Unmanned Aerial Vehicles (UAV) dari Amerika pada bulan September 2017 nanti.
Pemerintah Amerika telah berencana untuk menyerahkan UAV Scan Eagle tapi pengirimannya akan memakan waktu, karena transfer tersebut harus melalui berbagai agen.
“Akhirnya, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka sekarang siap memberikannya. Jadi mereka bisa mengirimkan Scan Eagle pada bulan September atau Oktober, “kata Lorenzana.
Juru bicara kepresidenan Ernesto Abella mengatakan bahwa Duta Besar Amerika Sung Kim telah berjanji untuk mendukung kampanye pemerintahan tersebut untuk membebaskan Kota Marawi.
“Duta Besar mengulangi dukungan penuh pemerintah AS untuk operasi pemerintah Filipina di Marawi dan juga upaya rekonstruksi dan rehabilitasi untuk kota Islam tersebut,” kata Abella.
Australia juga mendukung militer Filipina dalam perang melawan kelompok Maute. Lorenzana mengatakan dua pesawat mata-mata Orion P3 Australia sekarang terbang di atas Marawi dan telah memberikan informasi penting sejak Jumat ke pasukan darat. Dia mengatakan dua pesawat mata-mata akan berada di sekitar selama dua minggu.
Selain awak Australia, pilot dan teknisi Filipina juga naik pesawat terbang secara bergantian. Tugas mereka adalah menyampaikan informasi dan gambar yang diperoleh ke unit militer darat di Zamboanga City, yang pada gilirannya akan meneruskannya ke pasukan di medan perang di Kota Marawi. Pesawat Australia dapat beroperasi selama 24 jam, memastikan jangkauan konstan area pertempuran.
Filipina dan Australia memiliki Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang menyediakan mekanisme untuk dukungan militer, pertukaran intelijen dan pertukaran personel ke personel.
Baca juga: