Seperti yang dikatakan Alexander de Tocqueville hampir dua abad yang lalu, orang Amerika pada dasarnya adalah orang yang optimistis. Optimisme ini sering menjadi sumber kekuatan nasional, mendorong negara ini untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi.
Namun, dalam kasus tertentu, optimisme bisa berbahaya. Salah satu contohnya adalah dalam menghadapi China. Banyak orang Amerika telah gagal untuk bergulat dengan besarnya peningkatan kekuatan China dan yakin bahwa Beijing pada akhirnya akan menjadi seperti Uni Soviet atau Jepang pada tahun 1980an.
Mereka yang memiliki pemikiran semacam itu menggunakan beberapa statistik mengesankan untuk memperkuat pendapat mereka. Data statistik itu digunakan sebagai dasar untuk meyakini Amerika tetap negara paling kuat di dunia dan jauh di atas China.
Salah satu poin data populer yang mereka gunakan adalah pengeluaran pertahanan di mana Amerika masih menghabiskan sekitar empat kali lipat lebih banyak dibanding militer China.
Tetapi membandingkan angka mentah akan menyesatkan. Salah satu yang harus dipahimi adalah Amerika adalah kekuatan global dengan aset militernya tersebar di seluruh dunia, sementara China dapat memusatkan angkatan bersenjatanya di Asia.
Demikian pula, pengeluaran militer tidak memperhitungkan apa yang sering disebut “tirani jarak.” Artinya, untuk memproyeksikan kekuatan militer di Asia, Amerika Serikat harus melintasi samudra terbesar di dunia.
Sebaliknya, China berada di tengah medan. Karena begitu dekat dengan medan perang, juga memungkinkan China menerapkan strategi anti-access / area denial (A2 / AD) dengan menggunakan wilayahnya untuk menerapkan sejumlah besar rudal, pesawat terbang, sistem surveilans dan radar. Ini seperti China memiliki kapal induk yang tidak dapat tenggelam.
Sebagaimana ditulis editor pertahanan National Interest, Zachary Keck, hal lain yang kerap tidak diperhatikan ketika melihat anggaran adalah mengabaikan salah satu faktor penting soal anggaran gaji personel. Meskipun memiliki militer lebih besar, militer China menghabiskan lebih sedikit untuk personil dibandingkan Amerika Serikat. Dan, begitu biaya personil diperhitungkan, kesenjangan antara pengeluaran militer Amerika dan China maka kesenjangan langsung menyempit jauh.