Kesenjangan Pesawat Latih dan Gripen E Sangat Besar, Swedia Bingung

Kesenjangan Pesawat Latih dan Gripen E Sangat Besar, Swedia Bingung

Angkatan Udara Swedia menghadapi masalah besar menyusul keputusan untuk mengakuisisi jet tempur Gripen E baru.

Masalahnya pesawat baru ini jauh lebih canggih sementara pesawat latih yang digunakan untuk melatih pilot sudah usang.  Terganggu, Saab berharap untuk mendapatkan jet pelatihan baru.

Angkatan Udara Swedia berencana akan menggantikan 96 pesawat Gripen C/D mereka dengan 60 Gripen E,  model terakhir yang yang lebih besar dengan sejumlah perbaikan seperti radar baru dan sistem peperangan elektronik.

Tetapi teknologi canggih ini tidak cocok dengan pesawat latih yang sedang mereka gunakan. Angkatan Udara Swedia saat ini menggunakan pesawat latih SK 60 yang berakar pada era 1960. Kesenjangan teknologi antara keduanya sangat besar.

Saat pesawat tempur semakin canggih, tuntutan pada pendidikan pilot juga meningkat. Pilot harus belajar bagaimana menangani berbagai senjata, radar dan sistem komunikasi. “Kesenjangan antara SK 60 dan Gripen E terlalu besar. Kami tidak akan efektif jika kita terus berlatih dengan SK 60. Semakin cepat kita bisa membuangnya, semakin baik,” kata Kolonel Magnus Liljegren kepada surat kabar Swedia Svenska Dagbladet.

SK 60/Twitter
SK 60/Twitter

Situasi ini semakin rumit oleh biaya terbang tinggi. Karena hanya sebagian kecil dari pelatihan dapat dilakukan pada pesawat usang, pilot harus melakukan pelatihan lebih banyak dengan Gripen E.  Dan terbang dengan jet tempur secara signifikan akan lebih mahal dibandingkan terbang pesawat pelatihan kecil.

“Masalah yang dihadapi pesawat latih sederhana yakni bahwa Anda perlu berlatih lebih banyak dengan Gripen, yang membuatnya lebih mahal,” kata Claes Thagemark dari Swedish Defence Materiel Administration beberapa waktu lalu.

Yang mengherankan, masa depan pesawat latih Swedia sangat banyak diputuskan di Amerika Serikat. Angkatan Udara AS sedang mempersiapkan kontrak besar untuk membeli sekitar 350 pesawat latih baru. Pesawat latih  AS saat ini telah berusia sekitar 50 tahun, dan empat kelompok bersaing untuk kontrak tersebut.

Perusahaan yang mendapat kontrak diharapkan untuk mendapatkan posisi yang kuat bahkan di negara-negara lain yang berencana untuk memperbarui armada pesawat latih mereka.

Dalam kompetisi ini Saab Swedia telah bekerja sama dengan Boeing Amerika. Manajemen Saab alami berharap untuk memenangkan kontrak Amerika, tapi juga berharap lebih. “Saya harap kami akan mendapatkan platform yang sama untuk pesawat latih di Swedia,” kata Ulf Nilsson, kepala operasi penerbangan Saab kepada Svenska Dagbladet.

Namun, risikonya pesawat itu akan terlalu mahal untuk Angkatan Udara Swedia, karena AS memiliki banyak standar yang lebih tinggi. Namun demikian, Magnus Liljegren menekankan kebutuhan untuk kecepatan dan kinerja lebih baik secara keseluruhan dari pesawat.

Menurut dia, jika Saab dan Boeing menang di AS juga akan merangsang selera militer Swedia. Bonusnya mereka berharap untuk mendapatkan pesawat lebih cepat jika diproduksi oleh sebuah perusahaan Swedia.

Baca juga:

Solusi USAF Ada Dua: Gripen E atau Kembali ke YF-23