Sulit Cari Personel Militer, Singapura Andalkan Teknologi

Sulit Cari Personel Militer, Singapura Andalkan Teknologi

Singapura menghadapi masalah serius dalam jumlah personel militernya. Jumlah penduduk yang sedikit dengan tingkat kelahiran rendah menjadikan negara tersebut kesulitan untuk merekrut tentara. Padahal ancaman semakin hari semakin meningkat.

Di Singapura semua pria berusia di atas 18 tahun diminta untuk melakukan dua tahun pelayanan nasional, yang melibatkan pelatihan militer dasar selama beberapa bulan sebelum ditugaskan ke angkatan bersenjata, pasukan pertahanan sipil atau kepolisian.

Dengan populasi hanya 5,5 juta orang, Singapura dikerdilkan oleh negara-negara tetangganya. Dari bulan Juli, Singapura berencana untuk melatih 18.000 prajurit setiap tahun untuk operasi keamanan dalam negeri.

Namun angkatan bersenjata diperkirakan akan turun sepertiga pada tahun 2030, karena tingkat kelahiran di negara itu yang rendah.

Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen  mengatakan bahwa angkatan bersenjata berencana untuk meningkatkan penggunaan otomasi dan teknologi untuk menebus berkurangnya tenaga kerja.

Angkatan laut Singapura, misalnya, akan memiliki dua kapal permukaan tak berawak otonom yang beroperasi pada tahun 2020. Kapal in  sudah menggunakan kecerdasan buatan untuk memantau hampir seribu kapal yang melewati perairan Singapura setiap hari untuk mendeteksi kemungkinan ancaman.

Singapura juga memiliki kemitraan pertahanan dengan Amerika Serikat, yang memungkinkan mereka menggunakan  fasilitas milik Amerika yang ada di sejumlah negara di Asia Tenggara.

Pemerintah Singapura awal bulan ini menggambarkan ancaman teror di negara tersebut sebagai yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Ng Eng Hen mengatakan munculnya militan yang loyal kepada ISIS di Filipina, menunjukkan tingkat bahaya ke Asia Tenggara.

“Ini endemik di halaman belakang rumah kami, dan insiden di Marawi hanyalah salah satu gejala,” kata Ng kepada wartawan sebagaimana dilansir Reuters Jumat 30 Juni 2017. Dia  menambahkan bahwa Singapura siap untuk mengerahkan kapal jika diminta membantu berpatroli di dekat daerah tersebut.

Indonesia, Malaysia dan Filipina telah meningkatkan patroli terkoordinasi di Laut Sulu yang memisahkan pulau Mindanao di Filipina selatan, tempat Marawi berada, dari wilayah Malaysia dan Indonesia di pulau Kalimantan.

Ng mengatakan terlalu dini untuk memutuskan bantuan seperti apa namun mengatakan bahwa kepentingan Singapura untuk terlibat. Dia mengatakan pihaknya bisa mengirimkan  pesawat terbang, kapal, fasilitas pengisian bahan bakar atau staf medis – dapat disediakan,

Baca juga:

Habibie Mengaku, Singapura Ingin Sewa Kepulauan Riau 100 Tahun