AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

SIA-SIA

 

southkoreansafeconduct

Namun ketika berbicara dengan tentara Korea Utara yang menjadi tawanan perang , perwira Angkatan Darat menemukan bahwa banyak dari mereka belum pernah melihat sekalipun selebaran itu. Sebagian dari masalah adalah kurangnya pengalaman psikologis pasukan perang Amerika.

“Psywar, umurnya setua peperangan manusia, tetapi masih relatif baru untuk Angkatan Darat Amerika Serikat,” keluh petugas psywar US Army dalam laporan yang dikeluarkan empat bulan setelah gencatan senjata.

Meskipun Angkatan Darat menggunakan teknik penipuan dan propaganda selama Perang Dunia II, mereka terus melihat membunuh pasukan musuh sebagai pekerjaan yang paling penting. Menulis dan berbicara dengan lawan bukanlah prioritas.

Pada saat yang sama, Angkatan Darat berada di bawah tekanan besar untuk memproduksi sebanyak selebaran mungkin.

Seain itu Amerika juga memiliki sedikit sumber daya untuk bahasa dan pelatihan penting lainnya. Pada gilirannya, penerjemah China dan Korea sering mengalami kesulitan mengkonversi semangat pesan menggunakan kata dan frase yang tepat sesuai budaya Korea dan China.

Bahkan lebih bermasalah, bahasa pada selebaran dan siaran radio sering terlalu rumit bagi pasukan Korea Utara dan China yang kebanyakan buta huruf sehingga kata-kata yang digunakan dianggap terlalu tinggi.

Dan tentu saja faktor ketepatan sasaran saat dijatuhkan juga menjadi masalah. Pentagon tidak meneliti tempat terbaik untuk menjatuhkan selebaran, dan metode pengiriman di wilayah yang luas benar-benar tidak efektif. Ketika turun dari ketinggian untuk menghindari tembakan musuh, awak memiliki sedikit kontrol untuk menjatuhkan bundle selebaran dari kokpitnya, dan bom khususpun juga tidak terlalu baik.

“Musuh berjalan di sekitar tumpukan selebaran hingga pergelangan kakinya. Miliaran selebaran terbuang di medan tanpa hasil,” kata laporan itu.

Para petugas Angkatan Darat mengatakan mereka berhasil dalam mengurangi jumlah tema yang berbeda dan membatasi produksi keseluruhan selebaran pada akhir perang. Ini membuat usaha lebih terfokus pada kedua front. Dalam enam bulan pertama tahun 1953, unit ini hanya memproduksi kurang dari 20 juta selebaran.

Laporan ini juga berpendapat untuk pelatihan yang lebih banyak dan lebih baik untuk konflik di masa depan, terutama ketika berhadapan dengan masalah sensivitas budaya.

Pada tahun 1961, 7th Psychological Warfare Grup Angkatan Darat AS menerbitkan panduan tentang cara menjatuhkan selebaran dari udara. Buku panduan ini berisi saran tentang rute untuk terbang dan grafik rinci seberapa jauh pemberitahuan mungkin melayang dibawa angin pada ketinggian tertentu.

Sayangnya, Angkatan Darat menderita banyak masalah yang sama selama Perang Vietnam. Sering terhambat oleh kurangnya pemahaman budaya dan konteks sejarah, dan masih dipandang hal sekunder dalam pertempuran. Prajurit berpikir perang ya membunuh, tidak surat-suratan.

Namun, selebaran tetap menjadi alat dalam Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Pada 15 November 2015, pesawat tempur mengirimkan selebaran berbahasa Arab di dekat Abu Kamal di Suriah sebagai bagian dari serangan terhadap sumur minyak yang dikuasai ISIS. Dalam selebaran itu ditulis pengemudi truk minyak sipil untuk meninggalkan kendaraan mereka atau mati.