Angkatan Pertahanan Australia membentuk sebuah unit khusus yang bertugas untuk menjalankan operasi perang cyber atau cyber war ofensif dan defensif.
Menteri Keamanan Cyber Australia, Dan Tehan, mengatakan bahwa unit baru tersebut akan membantu Australian Defence Force (ADF ) melawan ancaman keamanan modern, karena kekuatan asing seperti Amerika, Rusia dan China meningkatkan investasi mereka dalam bentuk perang digital.
Unit ini akan aktif mulai 1 Juli 2017 dan akan menggabungkan kemampuan cyber yang ada dari seluruh Angkatan Pertahanan.
“Divisi ini akan bertanggung jawab atas operasi militer maya, intelijen militer, perang elektronik gabungan, operasi informasi dan operasi ruang militer kita,” kata Tehan sebagaimana dilaporkan SBS Jumat 30 Juni 2017.
“Unit ini akan mengintegrasikan operasi yang ada dari seluruh pasukan pertahanan kita untuk melindungi dan mendukung personel dan sistem ADF kami.”
Pemerintah akan menggunakan sebagian dari US$ 400 juta yang disisihkan di White Paper Pertahanan tahun lalu untuk menyewa spesialis cyber. ASD diberi kekuatan untuk meluncurkan serangan cyber terhadap penjahat
Direktorat Intelijen Australia, yang bertanggung jawab atas intelijen digital negara tersebut, akan diberi wewenang yang diperluas untuk menargetkan penjahat di luar negeri.
Pemerintah Turnbull mengumumkan perubahan keamanan cyber menyusul serangan ransomware WannaCry dan Petya baru-baru ini, yang mempengaruhi sistem komputer di seluruh dunia, termasuk di Australia.
Badan intelijen tersebut sebelumnya hanya menggunakan serangan cyber ofensif untuk mengganggu aktivitas ISIS.
“Tanggapan kami terhadap ancaman cyber kriminal seharusnya tidak hanya bersikap defensif. Kita harus berjuang melawan penjahat,” Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan kepada The Australian.
Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten mengatakan bahwa dia mendukung dorongan keamanan cyber, namun juga memperingatkan ‘target lunak’ juga membutuhkan.
“Beberapa musuh kita yang akan membahayakan Australia, mereka mungkin tidak akan melakukan perang cyber melawan bank-bank besar yang memiliki fasilitas yang kuat atau melawan militer kita,” kata Shorten.
“Tapi penjahat dan orang-orang yang menginginkan bahaya bisa mengejar apa yang mereka anggap sebagai sasaran empuk. Saya berbicara tentang usaha kecil dan menengah, saya sedang membicarakan privasi data di sistem rumah sakit kami.”
Kejahatan cyber diperkirakan menelan biaya ekonomi Australia sebesar US$ 1 miliar per tahun, menurut sebuah rilis media pemerintah.
Baca:
Pentagon Masih Bingung Definisi Serangan Cyber yang Bisa Dianggap Tindakan Perang