
Penembakan oleh jet tempur Amerika tampaknya tidak mencegah Suriah untuk melakukan pengeboman serupa pada hari Selasa, menurut pejabat militer AS.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa sebuah jet tempur Su-22 Suriah lainnya melakukan pendekatan yang oleh militer dinilai sebagai kemungkinan pemboman terhadap Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS di dekat Tabqa, Suriah, pada hari Selasa. Pejabat tersebut mengatakan bahwa pesawat koalisi membuat demonstrasi dan melakukan manuver peringatan, dan jet tempur Suriah kemudian membatalkan lintasannya dan meninggalkan daerah tersebut.
Komando Pusat Angkatan Udara AS, yang mengawasi operasi udara di wilayah tersebut, tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari insiden hari Selasa tersebut.
Insiden Minggu telah meningkatkan ketegangan dengan Rusia yang mengumumkan mereka akan menangguhkan hotline de-confliction dengan koalisi, yang dirancang untuk mencegah terjadinya kecelakaan di langit di Suriah. Rusia juga mengancam pesawat koalisi akan dijadikan target jika terbang di sisi barat Tigris.
Namun Kepala staf Angkatan Udara, Jenderal David Goldfein, mengatakan kepada Komite Alokasi Senat pada hari Rabu bahwa line de-confliction “tetap terbuka.”
“Sebenarnya ada line yang kita miliki dengan orang-orang Rusia yang merupakan line de-confliction, dan garis itu tetap terbuka dan kita tetap mengobrol dengan mereka,” kata Goldfein.
Terakhir kali Amerika menembak jatuh pesawat berawak pada tahun 1999, selama intervensi NATO di Serbia, ketika seorang F-16 Angkatan Udara AS menembak jatuh sebuah MiG-29.