Menara al-Hadba yang telah menjulang di atas Mosul selama 850 tahun runtuh pada Kamis 22 Juni 2017 karena dirubuhkan oleh militan ISIS yang bergerak mundur. Meski Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan tindakan tersebut menandai kekalahan terakhir mereka di kota tua tersebut, tetap saja harga yang dibayar sangatlah mahal.
“Di pagi hari, saya naik ke atap rumah saya dan tertegun melihat menara Hadba telah tidak ada,” kata Nashwan, seorang pekerja harian yang tinggal di lingkungan Khazraj dekat masjid tersebut kepada Reuters melalui telepon. “Saya merasa telah kehilangan putra saya.”
Keterkejutan dan kemarahanan telah menyebar ke mana-mana atas penghancuran Masjid Agung al-Nuri beserta menara yang dikenal dengan sebutan “bungkuk” oleh orang Irak tersebut.
Penghancuran menara terjadi pada Rabu malam saat pasukan Irak mengepung masjid, yang menjadi simbol besar bagi ISIS. Pemimpinnya Abu Bakr al-Baghdadi menggunakan masjid ini pada tahun 2014 untuk memproklamasikan “kekhalifahan”. Bendera hitamnya telah berkibar di menara setinggi 45 meter itu sejak Juni 2014.
Gerilyawan memilih untuk meledakkan masjid tersebut daripada melihat bendera mereka diturunkan oleh pasukan Irak yang didukung Amerika yang berjuang melalui labirin gang-gang sempit dan jalan-jalan di Kota Tua.
Saat fajar tiba, yang tersisa hanyalah tumpukan batu yang hancur. Sebuah video di media sosial menunjukkan bahwa menara tersebut ambruk secara vertikal mengakibatkan gumpalan pasir dan debu terbang ke udara.
https://www.youtube.com/watch?v=LjZCs4yyJG4
Menara ini dibangun dengan batu bata dalam pola geometris kompleks yang juga ditemukan di Persia dan Asia Tengah. Kemiringannya dan kurangnya perawatan membuatnya sangat rentan terhadap ledakan.
Organisasi pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO mengatakan bahwa Minaret dan masjid sebagai simbol identitas, ketahanan dan kepemilikan dan menyesalkan penghancuran mereka.
Masjid tersebut dinamai Nuruddin al-Zanki, seorang bangsawan yang berperang melawan tentara perang salib awal dari sebuah wilayah yang meliput wilayah Turki modern, Syria dan Irak. Dibangun pada 1172-1173, beberapa saat sebelum kematiannya, dan bertempat di sebuah sekolah Islam.
Sejarah militer dan masjid mewujudkan semangat Mosul, sebuah kota konservatif yang memasok angkatan bersenjata dengan perwira sejak Irak modern diciptakan, sekitar 100 tahun yang lalu, dan sampai jatuhnya Saddam Hussein, setelah invasi pimpinan Amerika 2003 yang menghancurkan negara tersebut.
Sebagian besar penduduk wilayah ini adalah Syiah sehingga ketika ISIS datang, kaum Sunni menyambutnya karena melihat bisa mengakhiri perlakuan kasar pasukan keamanan pimpinan Syiah.
Tidak ada lagi menara al-Hadba
Kerusakan Masjid terjadi pada periode paling suci bulan suci Ramadhan yakni, 10 hari terakhirnya. Malam Laylat al-Qadr jatuh selama periode ini.
ISIS telah menghancurkan banyak situs, gereja, dan kuil Muslim, serta situs-situs kuno Asyur dan Romawi di Irak dan di Suriah.
“Banyak musuh yang berbeda mengendalikan Mosul selama 900 tahun terakhir tapi tidak ada yang berani menghancurkan Hadba,” Kata Ziad, seorang mahasiswa seni.
“Dengan mengebom menara, membuktikan bahwa mereka yang terburuk dari semua kelompok barbar dalam sejarah.”