Site icon

Rusia dan Iran Tarik Garis Merah Baru di Suriah

Su-30SM / Sputnik

Rusia, Iran dan Amerika Serikat sedang menggambar garis merah baru antara satu sama lain  di Suriah.  Moskow memperingatkan Washington pada hari Senin bahwa pihaknya akan memperlakukan setiap pesawat koalisi pimpinan AS di wilayah operasinya sebagai target potensial setelah pesawawt Amerika menjatuhkan jet Suriah.

Ketegangan meningkat pada hari Minggu saat F/A-18E Super Hornet Angkatan Laut Amerika menembak jatuh Su-22 Suriah di dekat Raqqa. Pada hari yang sama Iran meluncurkan rudal balistik ke target ISIS di  di Suriah timur. Serangan rudal balistik ini menjadi yang pertama dilakukan di perang Suriah. Sebelumnya tidak ada satupun negara yang menggunakan rudal jenis ini.

Seorang komandan pro-Damaskus mengatakan bahwa Teheran dan Washington sedang menggambar garis merah.

Semua ketegangan ini  mencerminkan persaingan yang meningkat di wilayah Suriah dimana kelompok ISIS  mundur, meninggalkan sejumlah wilayah yang memunculkan siapa yang paling berhak menguasai setelahnya, apakah Suriah yang didukung Iran dan Rusia atau pemberontak yang didukung koalisi Amerika.

Amerika Serikat mengatakan bahwa pesawat militer Suriah yang ditembak jatuh pada hari Minggu telah menjatuhkan bom di dekat pejuang Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah kelompok yang didukung Amerika.

Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Senin langsung  menangguhkan kerja sama dengan Amerika Serikat yang bertujuan untuk menghindari insiden udara di Suriah, di mana angkatan udara Rusia melakukan pemboman untuk mendukung kampanye Assad melawan pemberontak dan ISIS.

Tentara Suriah mengatakan jet tersebut ditembak jatuh saat menerbangkan sebuah misi melawan ISIS. Namun SDF menuduh pemerintah Suriah pada hari Senin menyerang posisinya dengan menggunakan pesawat terbang, artileri dan tank.  “Jika rezim terus menyerang posisi kita di provinsi Raqqa, kita akan dipaksa untuk melakukan pembalasan,” kata juru bicara SDF Talal Silo.

Pemerintah Suriah bulan ini berbaris ke provinsi Raqqa dari barat namun menghindari konflik dengan SDF yang didukung Amerika sampai kemudian insiden ini terjadi.

“SDF semakin besar kepala,” kata komandan militer pro-Damaskus, seorang non-Suriah yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim.

“Mungkin ada masalah di antara mereka dan Soheil Hassan,” kata komandan tersebut, merujuk pada perwira Suriah yang memimpin serangan pemerintah di provinsi Raqqa.

Amerika Serikat telah mengatakan tindakannya  terhadap pasukan pemerintah Suriah merupakan tindakan defensif, yang bertujuan untuk menghentikan serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan Amerika atau sekutu lokal mereka.

Ini termasuk beberapa serangan udara terhadap pasukan pro-pemerintah yang berusaha maju ke pangkalan militer Amerika   di Suriah tenggara dekat perbatasan dengan Irak, di mana militer Amerika  melatih pemberontak untuk melawan ISIS. Namun mereka juga anti pemerintah.

Daerah ini memiliki kepentingan strategis bagi Teheran karena berusaha untuk mengamankan koridor darat ke sekutunya di Irak, Suriah dan Lebanon dan membangun “bulan sabit Syiah” yang telah lama mengkhawatirkan negara-negara koalisi Amerika  di Timur Tengah.

Rudal yang ditembakkan Garda Revolusi Iran pada hari Minggu  menargetkan ISIS di provinsi Deir al-Zor, yang dengan cepat menjadi pijakan terakhir pejuang terakhir di Suriah dan sebuah prioritas militer yang diumumkan oleh sekutu Teheran di pemerintah Suriah.

Serangan tersebut telah menunjukkan kedalaman kehadiran militer Iran di Suriah. Pesawat tak berawak Iran yang diluncurkan dari daerah sekitar Damaskus mengizinkan komandan Garda Revolusi untuk menilai kerusakan yang dilakukan oleh rudal secara real-time.

Dua komandan terkemuka Garda Revolusi mengatakan bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk mengirim sebuah pesan kepada pelaku serangan  di Teheran pekan lalu – yang diklaim oleh ISIS dan  menewaskan 18 orang.

“Saya berharap bahwa pesan yang jelas dari serangan ini akan dipahami oleh para teroris dan juga pendukung regional dan internasional mereka,” kata Amir Ali Hajizadeh, Kepala Unit Kedirgantaraan  Garda Revolusi sebagaimana dilaporkan  televisi pemerintah Iran.

Enam rudal dengan jarak tembak antara 650 sampai 700 kilometer  dipecat dari Iran barat, melintasi  atas wilayah Irak dan menyerang sasaran di Deir al-Zor.

Secara cepat kini garis merah baru telah dibentuk. Jika garis ini dilanggar, maka akan berpotensi menyeret perang Suriah jauh lebih dalam lagi.

Exit mobile version