Setelah sepekan tidak tampil di publik Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Sabtu 17 Juni 2017 kembali muncul. Kali ini dia menyatakan pertempuran dengan pegaris keras di Kota Marawi mereda, tapi pemberontakan memiliki akar dalam.
Duterte sempat tidak tidak muncul secara terbuka hampir sepekan yang menurut juru kepresidenan untuk pemulihan karena terlalu lelah.
Lebih dari 300 orang terbunuh di kota selatan itu, tempat tentara berjuang lebih dari tiga pekan untuk mengusir pegaris keras, yang bersumpah setia kepada ISIS.
“Pertempuran berlanjut, tapi akan berakhir,” kata Duterte saat berpidato di depan tentara di kota Butuan, yang disiarkan langsung di televisi.
Tapi, ia menambahkan, “Sulit melawan yang ingin mati. Mereka merusak nama Tuhan dalam bentuk agama untuk membunuh banyak orang tidak berdosa, tidak untuk apa-apa.” Kehadiran petempur dari Timur Tengah membuatnya menjadi perang keji, kata Duterte.
Duterte tidak menghadiri acara terbuka sejak Minggu lalu, dengan juru bicaranya mengatakan bahwa presiden tersebut lelah dan beristirahat.
Ia tidak muncul pada acara apa pun untuk menandai hari kemerdekaan Filipina pada Senin, yang membuat warga bertanya-tanya.
Ia tampak baik-baik pada Sabtu dan menghadiri dua acara di wilayah selatan, Mindanao, yang keduanya berada di dekat kampung halamannya, Davao.
“Jangan khawatir,” katanya kepada wartawan seusai acara bersama tentara itu, “Kesehatan saya tidak penting. Ada wakil presiden, yang akan mengambil alih.”