Presiden Rusai Vladimir Putin mengatakan sanksi yang diberikan kepada negaranya membuat PDB Rusia turun sebesar 1 persen berdasarkan perkiraan Departemen Luar Negeri AS. Sementara Rusia kehilangan US$ 50-US$52 miliar (sekitar Rp690 triliun) berdasarkan perkiraan PBB. Tetapi Putin menegaskan negara-negara pemberi sanksi itu juga kehilangan lebih banyak lagi.
“Kami lebih terpengaruh oleh konjungtur global dan penurunan harga dari barang tradisional kita: minyak, gas, metalurgi, industri kimia, dan sebagainya. Departemen Luar Negeri AS percaya bahwa sanksi tersebut menyebabkan penurunan sebesar 1 persen dari PDB untuk ekonomi kita, orang Eropa meyakni sedikit lebih tinggi, “kata Putin dalam “Direct Line” tahunannya Kamis 15 Juni 2017.
Presiden menambahkan bahwa menurut perkiraan PBB, Rusia kehilangan $ 50 miliar – US$ 52 miliar karena sanksi, tetapi negara-negara yang memberi sanksi kehilangan US$ 100 miliar (sekitar Rp1.327 triliun/Rp1,3 biliun). Hal ini menunjukkan sanksi yang diberikan menjadi pisau bermata dua yang merugikan semua orang.
“PBB memberi angka seperti itu, PBB mengatakan bahwa kita kehilangan sekitar US$ 50 miliar – US$ 52 miliar, dan negara-negara yang memperkenalkan sanksi kehilangan US$ 100 miliar. Jadi, ini adalah senjata bermata dua dan akan merusak semua orang, termasuk mereka yang menggunakannya,” kata Putin sebagaimana dilansir Sputnik.
Rusia telah terkena penurunan ekonomi sejak awal 2015 setelah turunnya harga minyak dan sanksi anti-Rusia dari barat. PDB negara itu turun 3,7 persen pada 2015, menurut Badan Pusat Statistik Rusia Rosstat.
Pada tanggal 18 April, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam laporan World Economic Outlook bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia diperkirakan akan meningkat pada 2017 – 2018 dan akan mencapai 1,4 persen untuk kedua tahun tersebut.
Baca juga: