Angkatan Udara Malaysia mengumumkan sebuah langkah menarik dengan memodifikasi jet tempur Sukhoi Su-30 buatan Rusia untuk dapat menjatuhkan bom dipandu GBU-12 yang dibangun Amerika. Sebuah koalisi antara Rusia dan Amerika akhirnya justru terjadi di Malaysia.
Angkatan Udara Kerajaan Malaysia mengeluarkan sebuah video yang menunjukkan Su-30MKM mereka menjatuhkan GBU-12 500 pon yang dibuat oleh Lockheed-Martin dan Raytheon. Keterangan video mengatakan bahwa tes tersebut terjadi pada bulan November 2016 di kisaran pengujian senjata Angkatan Udara. Namun, video itu segera dihapus.
GBU-12 dipandu laser, menggunakan sistem homing pasif untuk mendeteksi dan menyerang target. Su-30MKM menggunakan pod penargetan Thales Damocles buatan Prancis untuk mendeteksi sasaran, menembakkan senjata seperti rudal peluru kendali jarak jauh Kh-29T / L buatan Rusia dan juga bom yang dipandu oleh laser KAB-500L dan KAB-1500L.
GBU-12 berada dalam keluarga senjata yang sama dengan KAB, tapi lebih kecil (507 pon untuk KAB-500L 1102) dan dilengkapi dengan GPS untuk memberikan lintasan yang lebih fleksibel. Pasukan darat Malaysia juga bisa menggunakan penarget genggam untuk memilih target.
Pada tahun 2012, Malaysia membeli enam pod Raytheon AN/ASQ-228 Advanced Targeting Forward-Looking Infrared untuk penargetan bom dan rudal. Sistem ini digunakan untuk meng-upgrade Boeing F / A-18D Hornets mereka, yang terutama digunakan oleh Marinir AS untuk mendapatkan dukungan udara selama serangan malam hari.
Angkatan Udara Malaysia memiliki 49 pesawat tempur yang terdiri dari 18 Sukhoi Su-30MKM, delapan Boeing F / A-18D, 10 MiG-29 dan 13 British BAE Hawk 208. Sukhoi membentuk inti armada dan dilengkapi dengan sistem Rusia dan Barat.
Sebelumnya, Hornet Malaysia berhasil menembakkan GBU-12 melawan sejumlah ratus militan Filipina yang berusaha merebut wilayah di perbatasan Kalimantan. Hornets dan Hawks menggunakan GBU-12 untuk menyerang markas militan dan mengusir mereka sebelum mengirim pasukan komando untuk menyapu mereka.
Baca juga: