Site icon

Turki Bersiap Kirim Militer ke Qatar

F-16 Turki

Turki mengirim tim ahli militer ke Qatar untuk mengevaluasi kemungkinan penempatan pasukan karena beberapa negara Arab terus mengisolasi negara kecil di Teluk tersebut atas tuduhan mendukung kelompok-kelompok teror.

Dalam sebuah pernyataan Selasa 13 Juni 2017 yang dilansir Independent, militer Turki mengatakan bahwa negara tersebut telah mengirim tim tiga orang untuk  mengkoordinasikan persiapan untuk penempatan pasukan. Pihak militer mengatakan bahwa kunjungan militer tersebut telah berlangsung sejak 2015.

Turki dan Qatar telah mengembangkan hubungan dekat selama bertahun-tahun dan mencapai kesepakatan pada tahun 2014 untuk mendirikan sebuah pangkalan militer Turki di sana.

Sebagai bentuk dukungan untuk Qatar, parlemen Turki dan Presiden Recep Tayyip Erdogan pekan lalu dengan cepat mengeluarkan undang-undang untuk meningkatkan kerjasama militer, yang meramalkan penempatan pasukan dan pelatihan militer.

Erdogan mengkritik upaya untuk mengisolasi Qatar, membandingkan langkah tersebut dengan  hukuman mati bagi negara tersebut.

Dia mengulangi posisi negaranya untuk mendukung Qatar dan keterlibatan diplomatik untuk membantu mengakhiri krisis dalam sebuah pidato kepada anggota partai pada hari Selasa.

Dia mengatakan bahwa Qatar “secara praktis telah dijatuhi hukuman mati” dan menambahkan bahwa “tidak manusiawi dan tidak islami untuk mencoba mengisolasi orang-orang suatu negara dari makanan, minuman, perjalanan, perdagangan, untuk beribadah”.

Erdogan meminta raja Arab Saudi,  untuk menyelesaikan krisis tersebut. Menteri luar negeri Arab Saudi menegaskan bahwa tidak ada blokade di Qatar dan mengatakan negaranya akan menyediakan makanan dan obat-obatan jika diperlukan.

Adel al-Jubeir mengatakan sebelum bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson bahwa pelabuhan dan bandara Qatar terbuka.

Dia mengatakan Arab Saudi hanya menolak penggunaan wilayah udara Qatar, yang menurutnya adalah hak kedaulatan negaranya.

Al-Jubeir mengatakan Qatar dapat memindahkan barang masuk dan keluar “kapan pun mereka mau”, menambahkan bahwa Arab Saudi telah mengizinkan keluarga bergerak di antara negara-negara.

Arab Saudi telah menutup satu-satunya perbatasan darat Qatar dan bergabung dengan negara-negara lain dalam mengurangi lalu lintas laut, menyebabkan penduduk panik menimbun makanan.

Sementara itu, Raja Arab Saudi Salman berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri Qatar berada di Moskow untuk membahas krisis tersebut.

Kantor berita negara Arab Saudi melaporkan beberapa rincian tentang seruan tersebut pada hari Selasa, hanya mengatakan kedua pemimpin tersebut membahas hubungan bilateral dan upaya kontra-terorisme.

Kantor berita Tass  Rusia mengatakan keduanya membahas “ketegangan yang berkembang di sekitar Qatar”.

Selama akhir pekan, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani berada di Moskow menyusul telepon antara Putin dan emir Qatar Sheikh Tamin bin Hamad Al Thani.

Baca juga:

Qatar akan Pelajari Alutsista Indonesia

Exit mobile version