Penyelidik kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan serangan udara pimpinan Amerika untuk mendukung Syrian Democratic Forces (SDF) merebut Raqqa telah mengakibatkan hilangnya nyawa sipil yang mengejutkan.
Ketua Komisi Penyelidik PBB Paulo Sergio Pinheiro mengatakan selain banyaknya warga sipil yang tewas, sebanyak 160.000 warga di Raqqa dipaksa meninggalkan rumahnya dan menjadi pengungsi internal.
“Kami mencatat secara khusus bahwa intensifikasi serangan udara, telah memberi landasan bagi kemajuan pasukan SDF di Raqqa, telah mengakibatkan tidak hanya hilangnya nyawa sipil yang mengejutkan, namun juga menyebabkan 160.000 warga sipil melarikan diri dari rumah mereka dan menjadi pengungsi internal, ” kata Pinheiro berbicara di hadapan Dewan HAM PBB, seperti dikutip Reuters Rabu 14 Juni 2017.
Pinheiro tidak memberikan angka korban sipil di Raqqa, di mana sejumlah kelompok pasukan berjuang sendiri-sendiri untuk mengusir ISIS. Selain SDF, tentara Suriah dengan dukungan Rusia juga bergerak maju ke daerah gurun di sebelah barat kota.
Secara terpisah, Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan mengungkapkan keprihatinannya tentang penggunaan senjata fosfor putih oleh koalisi pimpinan AS di Irak dan Suriah. Lembaga ini mengatakan bahwa penduduk sipil sangat terancam dengan senjata ini.
Dalam pidatonya di forum 47 anggota di Jenewa, delegasi Amerika tidak mengacu pada Raqqa atau serangan udara. Diplomat Amerika Jason Mack menyebut pemerintah Suriah sebagai “pelaku utama” pelanggaran HAM berat di negara ini.
Pinheiro mengakui jika serangan koalisi internasional ada yang berhasil, salah satunya membebaskan penduduk sipil Raqqa, termasuk perempuan dan anak perempuan Yazidi.
“Namun, keharusan untuk memerangi terorisme tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan warga sipil yang dengan sukarela tinggal di daerah di mana ISIS hadir,” tambahnya.