Pasukan bersenjata Amerika Serikat berada di lapangan dekat Kota Marawi di Filipina selatan, namun tidak terlibat dalam pertempuran melawan militan yang telah memegang sebagian kota lebih dari tiga minggu.
“Ada beberapa personel Amerika yang mengoperasikan peralatan untuk memberikan informasi tentang kesadaran situasi kepada pasukan kami,” kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla juru bicara militer Filiphina dalam sebuah konferensi pers Rabu 14 Juni 2017.
“Saya tidak tahu persis jumlah dan misi spesifik, mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, tapi mereka tidak diizinkan untuk bertempur, mereka hanya memberikan dukungan,” katanya.
Militer Filipina sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pendudukan beberapa bagian Kota Marawi oleh pejuang yang bersekutu dengan ISIS. Namun Amerika tidak menempatkan pasukan di lapangan.
Tidak jelas seberapa dekat dengan pasukan Amerika Serikat dengan zona pertempuran. Mereka berasal dari sebuah kontingen Pasukan Khusus yang berbasis di kota selatan Zamboanga, kata militer Filipina sebelumnya sebagaimana dilaporkan Reuters.
Pejabat Amerika di Washington, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa Amerika Serikat menyediakan pesawat pengawas serta pengumpulan intelijen P-3 Orion dari pesawat tak berawak.
Pesawat tak berawak itu jatuh pada hari Sabtu setelah kehilangan hubungan komunikasi dengan operatornya, kata pejabat tersebut.
Pada hari Rabu, pasukan pemerintah membombardir posisi pemberontak di Marawi dengan tembakan tank, dan asap terlihat naik dari kota yang mulai babak belur. Beberapa tembakan penembak jitu bisa terdengar.
Sampai saat ini pertempuran Marawi sudah masuk hari ke 23 dan belum ada tanda-tanda berakhir dalam waktu dekat.
“Tidak akan ada lagi tenggat waktu,” kata Padilla, mengacu pada sebuah janji militer untuk membersihkan kota tersebut pada 12 Juni atau bertepatan dengan Hari Kemerdekaan negara tersebut. “Mungkin perlu beberapa lama.”
Di Washington, seorang pejabat keamanan yang akrab dengan wilayah tersebut mengatakan bahwa pertempuran di Marawi tampaknya terkunci dalam jalan buntu.
“Sama sekali tidak jelas apakah pasukan pemerintah saat ini menang atau bahkan mendapatkan tempat yang signifikan,” kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.
Militer mengatakan 290 orang telah terbunuh sejauh ini, termasuk 206 gerilyawan, 58 tentara dan 26 warga sipil. Sekitar 100 gerilyawan berada di daerah yang terkepung. Ada juga sekitar 300-600 warga sipil yang terjebak.