Site icon

Bener Kan, UEA Disebut Langgar Embargo PBB, Bahkan Kirim Heli dan Pesawat Juga

Mi-24

Sebelumnya dilaporkan Uni Emirat Arab menghibahkan kendaraan M1248 Caiman ke Tentara Nasional Libya. Batch pertama dari kendaraan anti ranjau ini telah terlihat di Benghazi, Libya.

Ternyata tidak hanya itu senjata yang dipasok Uni Emirat Arab yang menjadikan negara ini disebut telah melanggar embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menyediakan helikopter serang, pesawat serang terbang dan kendaraan lapis baja ke pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Khalifa Haftar.

Middle East Eye (MEE) dalam laporannya Senin 12 Juni 2017 mengungkapkan rincian upaya UEA untuk mempersenjatai milisi Tentara Nasional Libya atau Libyan National Army (LNA) Haftar dimuat dalam laporan Security Council PBB setebal 300 halaman yang diperoleh MEE.

Laporan   akan diterbitkan dalam beberapa hari mendatang untuk  mendokumentasikan pengiriman senjata ke semua pihak yang berkonflik di Libya yang melanggar resolusi PBB.

Libya berada di bawah embargo senjata sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan pemimpin Muammar Gaddafi dari kekuasaan, namun laporan PBB tersebut merinci adanya  peningkatan umum dukungan  asing terhadap faksi-faksi bersenjata di Libya.

Panel yang mengumpulkan laporan tersebut menemukan bukti bahwa helikopter, termasuk  Mi-24 Hind buatan Rusia, dan pesawat tempur ringan satu mesin setelah dipindahkan dari UEA ke LNA.

Laporan tersebut juga mengkonfirmasikan pengiriman lebih dari 90 kendaraan lapis baja dan lebih dari 500 kendaraan lain ke LNA di kota timur Tobruk pada bulan April 2016. Kendaraan tersebut berasal dari UEA melalui kapal kargo dari Arab Saudi.

Helikopter Mi-24 Hind Libya yang diduga dari UEA

Helikopter Mi-24 Hind yang dipersenjatai adalah salah satu dari empat model yang diekspor oleh Belarusia ke UAE pada tahun 2014. Panel ahli PBB menemukan bahwa pesawat tersebut sekarang berada di Libya timur dan dioperasikan oleh LNA.

Selain itu juga  beroperasi  pesawat tempur ringan yang diproduksi di AS,  AT-802i yang awalnya dikembangkan untuk pemadam kebakaran, namun telah diubah sebagai pesawat kontra-pemberontakan dan serangan. Laporan tersebut menemukan pabrik Air Tractor Inc yang berbasis di Texas, telah mengekspor 48 pesawat ke UAE dan setidaknya satu di antaranya telah menemukan jalan ke Libya.

Sebenarnya telah ada laporan tentang pesawat tempur yang dioperasikan oleh pasukan Haftar, namun laporan PBB tersebut merupakan konfirmasi pertama dari lembaga resmi.

Libya telah diliputi oleh kekacauan sejak pasukan pendukung NATO menggulingkan Gaddafi. Kekuatan Barat sekarang menjadi semakin khawatir karena ISIS telah membangun kehadiran di negara Afrika Utara, dan AS telah menanggapi dengan meluncurkan serangan udara terhadap kelompok militan tersebut.

Hasil pemilihan parlemen yang diadakan pada 2014 mendapat banyak pertentangan dan mereka yang semula memegang kekuasaan menolak menyerahkannya dan tetap tinggal di ibukota Tripoli. Parlemen yang baru terpilih pindah ke Tobruk untuk membentuk pemerintahan saingan.

Ada juga pemerintahan persatuan di timur dan pusat kekuatan lain di sekitar Haftar. Berbasis di Libya timur, kelompok anti-Islam ini telah menjadi tokoh dominan di Libya timur sejak meluncurkan kampanye melawan kelompok-kelompok Islam dan mantan pemberontak di Benghazi tiga tahun lalu.

Menurut laporan PBB, kekuatan udara yang diberikan oleh UEA kepada pasukan Haftar telah memungkinkan mereka untuk mendapatkan lebih banyak lahan dan menguasai wilayah yang lebih luas di Libya timur.

Kekuatan saingan di Libya telah berulang kali meminta Dewan Keamanan PBB untuk mencabut embargo senjata sehingga mereka dapat menangani ISIS dan militan lainnya, namun pada bulan Juni tahun lalu PBB menyetujui tindakan keras lebih lanjut terhadap penyelundupan senjata di perairan lepas pantai Libya.

UEA dilaporkan gagal menanggapi temuan laporan PBB tersebut. MEE telah menghubungi Kedutaan Besar UEA di London dan juru bicara Haftar untuk memberikan komentar.

Laporan tersebut muncul saat pengucilan Qatar oleh Arab Saudi dan negara-negara Arab kuat lain, termasuk UAE yang memperdalam perpecahan antara sekutu  yang berlomba-lomba untuk mempengaruhi perang dan perjuangan politik di Libya.

Di Libya, UEA dan Qatar, yang keduanya memainkan peran kunci dalam mendukung pemberontak  menggulingkan Gaddafi, telah muncul sebagai saingan di medan perang dengan kepentingan dan visi yang berbeda.

UAE, bersama dengan Mesir, telah mendukung Haftar yang  berbasis di timur. Qatar dan Turki telah mendukung faksi-faksi yang bersekutu dengan para pendukung Islam di Libya barat.

Baca juga:

5 Helikopter Pemegang Rekor Milik Rusia

Exit mobile version