Site icon

USAF: Kami Butuh 165 Bomber, Tetapi Tidak Hanya B-21

B-21 Raider

Angkatan Udara Amerika kini mengatakan menginginkan 165 armada bomber masa dan itu tidak hanya armada B-21 Long Range Strike Bombers.

Ketika bersaksi di depan Armed Services Committee’s Seapower and Projection Forces Subcommittee  pada  25 Mei 2017 lalu, Letnan Jenderal Jerry D. Harris, Wakil Kepala Staf untuk Perencanaan dan Persyaratan Strategi Angkatan Udara Amerika  diminta untuk meningkatkan jumlah rencana B-21 Raider yang akan bergabung dengan armada mulai pertengahan 2020an.

Layanan ini berencana menghabiskan lebih dari US$ 55 miliar untuk mengakuisisi 100 pesawat generasi berikutnya sebagai bagian dari program Long Range Strike Bomber, atau LRSB.

Anggota Senat Mike Gallagher mempertanyakan apakah Angkatan Udara harus membeli lebih banyak pembom, yang dirancang sebagian untuk melawan rudal permukaan ke udara dan melindungi pesawat koalisi dan pesawat tak berawak itu.

“Bisakah Anda memberi kami logika strategis kenapa Anda sampai pada jumlah 100, atau setidaknya 100?” Tanya Gallagher saat sidang berlangsung.

Dengan sistem pertahanan udara yang semakin maju yang digunakan oleh negara-negara seperti Rusia, China, Iran dan Korea Utara, dia menambahkan, “Sepertinya jumlah pembom yang tepat seharusnya berada di sekitar 160.”

Harris menjawab, “Kami setuju  mungkin 165 pembom adalah jumlah yang harus kami miliki.”

Namun kini Angkatan Udara mengatakan jumlah  165 mengacu pada jumlah total pembom, bukan jumlah B-21.

Juru Bicara Angkatan Udara Amerika Ann Stefanek  menjelaskan kepada Military.com  percakapan bolak-balik antara para jenderal dan anggota parlemen menimbulkan kebingungan atas apa yang Harris maksudkan.

“Angkatan Udara saat ini memiliki 62 B-1B Lancer, 20 B-2 Spirits, dan 77 B-52 Stratofortresses, dengan total 159 pembom,” katanya Selasa 6 Juni 2017.

USAF pada tahun 2015 memberikan kontrak awal kepada Northrop Grumman Corp untuk mulai mengembangkan B-21, yang pada akhirnya akan menggantikan sebagian armada Lancer B-1.

Tapi Stefanek tidak bisa mengatakan berapa jumlahnya akan diebli untuk mencapai 165 pembom. Layanan mempertahankannya ingin mendapatkan 100 Raider. B-21 diperkirakan menghabiskan biaya US$ 550 juta per pesawat.

“Seperti yang Anda tahu, kami sedang dalam proses tinjauan Strategi Militer Nasional,” kata Stefanek dalam sebuah email.

“Selain itu, [Global Strike Command Angkatan Udara] sedang mengkaji struktur angkatan pengebom mereka.”

Baca juga:

Bomber B-21 Diusulkan untuk Air Force One

Exit mobile version