Lockheed Martin dan Boeing menjadi pemenang terbesar dari kesepakatan senjata senilai US$ 110 miliar yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump dengan Arab Saudi. Lockheed mengharapkan bisa meraup US$ 28 miliar atau sekitar Rp372 triliun dan Boeing US$ 50 miliar atau sekitar Rp665 triliun.
Boeing mengharapkan untuk mendapatkan sekitar setengah kue, dengan keuntungan mereka diperkirakan sekitar US$ 50 miliar. Angka ini mencakup penjualan militer dan komersial, namun perusahaan tersebut tidak mengungkapkan apa sebenarnya yang akan dijual.
Boeing juga akan membentuk usaha patungan dengan Arab Saudi untuk menyediakan “layanan pemeliharaan untuk berbagai platform militer,” kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Business Insider Minggu 4 Mei 2017.
Ditambahkan bahwa usaha patungan yang terpisah akan “memberikan dukungan untuk helikopter militer dan komersial.”

Pembuat senjata lainnya, Lockheed Martin, memperkirakan akan meraih sekitar US$ 28 miliar, dengan sebagian besar dari penjualan 150 helikopter Black Hawk. Perusahaan tersebut juga menjual kapal perang tempur pesisir atau Littoral Combat Ships (LCS).
Lockheed juga bersiap untuk menjual sistem pertahanan rudal THAAD ke negara teluk, dalam sebuah kesepakatan yang dimediasi oleh menantu Trump, Jared Kushner, yang dilaporkan membantu kesepakatan tersebut dengan menghubungi CEO Lockheed Marillyn Hewson dan memintanya menurunkan harga untuk Saudi
Penerima manfaat lainnya adalah Raytheon, yang berusaha menjual Waret Penetrator senilai US$ 1 miliar dan bom yang dipandu laser Paveway, dan General Dynamics, yang akan menyelesaikan pesanan 115 tank M1A2.
Menurut Business Insider Arab Saudi mencari hubungan pertahanan dan komersial yang lebih dekat dengan AS di bawah Trump, karena negara ini sedang berusaha mengembangkan ekonominya di luar minyak, dan memimpin sebuah koalisi yang bertempur di Yaman.
Baca juga: