Arab Saudi, bersama tiga negara lainnya, yakni Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin 5 Juni 2017. Negara-negara ini meminta sekutu-sekutunya untuk menghentikan semua perjalanan dan transportasi dengan tetangganya tersebut.
Amerika menjadi negara yang ikut pusing dengan keputusan tersebut. Pasalnya, Amerika Serikat, yang merupakan sekutu kuat Arab Saudi memiliki pangkalan militer di Qatar. Bahkan Pangkalan Udara Al Udeid Qatar merupakan pangkalan terbesar mereka di kawasan Timur Tengah.
Pangkalan yang terletak 20 mil barat daya Qatar ibukota Doha menjadi rumah bagi sekitar 11.000 personil militer AS. Pangkalan ini juga memiliki landasan pacu terpanjang di Teluk Persia pada ketinggian 12.500 kaki, merupakan fasilitas penting yang dapat menampung hingga 120 pesawat.
Pada 2016, pangkalan tersebut digunakan sebagai landasan pacu untuk menerbangkan B-52 untuk menyerang target ISIS di Irak dan Suriah. Pada awal kampanye Afghanistan, pesawat tempur F-16 dan pesawat pengintai E-8C Joint Stars yang memantau unit-unit darat juga berbasis di sana, bersama dengan kapal tanker pengisian bahan bakar.
Menurut sebuah makalah penelitian 2014 oleh spesialis Timur Tengah, Christopher M. Blanchard, Qatar menginvestasikan lebih dari US$ 1 miliar untuk membangun pangkalan udara sejak tahun 1990an, walaupun hanya memiliki angkatan udara kecil sendiri pada saat itu. Ini pada gilirannya, memfasilitasi kerjasama yang lebih dalam secara bertahap dengan pasukan militer AS.
Sebagaimana dilaporkan CNN Senin 5 Juni 2017,Pangkalan ini menjadi rumah rumah markas besar Komando Pusat Angkatan Udara AS, Pusat Operasi Gabungan Udara dan Antariksa atau Combined Air and Space Operations Center (CAOC) dan Wing Ekspedisi Udara ke-379. CAOC memiliki peran sentral karena mengawasi kekuatan udara militer AS di Afghanistan, Suriah, Irak dan 18 negara lainnya.
Menurut Angkatan Udara Amerika, diawaki oleh personil Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Laut dan Marinir AS serta negara-negara mitra koalisi, CAOC adalah “pusat saraf” kampanye udara di seluruh wilayah tersebut.
Pembangunan fasilitas CAOC senilai US$ 60 juta, yang menurut Angkatan Udara “mirip dengan film futuristik,” selesai pada tahun 2003. Pada saat itu, AS memindahkan CAOC dari Pangkalan Udara Prince Sultan Arab Saudi yang telah digunakan sejak tahun 1997 untuk perang Irak.
Sedangkan 379th Air Expedition Wing adalah sayap ekspedisi terbesar dan paling beragam di Angkatan Udara Amerika. Menurut situs 379th Air Expedition Wing mereka memiliki lebih dari 100 pesawat di pangkalan Qatar, termasuk jet tempur, bomber B-1 serta pesawat pengangkutan udara, pengisian bahan bakar dan intelijen, kata situs itu.
“Kira-kira setiap sepuluh menit, pesawat lepas landas atau mendarat di sini. Bukan hanya selama hari kerja tetapi 24 jam dalam tujuh hari,” kata situs sayap tersebut.