Angkatan Laut Amerika Serikat secara resmi telah menerima pengiriman Kapal Induk USS Gerald Ford, supercarrier baru yang lebih canggih dari Kelas Nimitz. Kapal induk kedua sedang dalam proses pambangunan dan dalam jangka panjang 10 kelas Nimitz yang ada sekarang ini seluruhnya akan diganti dengan kelas Gerald Ford.
Gerald Ford akan menjadi tambahan kekuatan bagi Angkatan Laut Amerika yang sebelumnya sudah sangat kuat. Lantas bagaimana Ruska dan China akan menanggapinya?
Membangun kapal induk sekelas Ford bagi kedua negara ini sepertinya sangat sulit. China memang telah meluncurkan kapal induk buatan sendiri, tetapi secara kemampuan bahkan masih jauh ada di bawah Nimitz.
Sementara Rusia juga masih terbentur banyak kendala untuk mewujudkan mimpi mereka membangun kapal induk canggih yang disebut sebagai Typhoon. Kalaupun terwujud jumlahnya juga masih kalah jauh.
Hal yang paling mungkin dilakukan Rusia dan China adalah berinvestasi dalam mengembangkan sistem pertahanan udara sebagai respons.
“Bagaimana tanggapan Rusia dan China? Dengan hanya melakukan apa yang telah mereka lakukan – dengan mengembangkan sistem pertahanan udara regional sehingga mereka dapat menunjukkan kepada orang Amerika bahwa ‘kami akan menembak jatuh pesawat tempur Anda yang diluncurkan dari kapal induk dan memberi kerusakan pada Anda’ bila diperlukan ,” kata analis politik Alexei Fenenko sebagaimana dikutip Sputnik Sabtu 3 Juni 2017.
Fenenko, seorang profesor di Departemen Politik Dunia Universitas Negeri Moskow, menambahkan bahwa penambahan USS Gerald R. Ford ke armada angkatan laut AS tidak akan mengubah keseimbangan kekuasaan di kawasan Asia Pasifik.
“Pertama, ini tidak akan berdampak pada keseimbangan kekuatan, Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut dalam hal kekuatan angkatan laut. Intinya, hanya satu negara di dunia yang memiliki angkatan laut biru air yang komprehensif, yaitu Amerika Serikat. Artinya, keseimbangan kekuatannya belum berubah sama sekali, “katanya.
Fenenko menambahkan bahwa China telah lama ingin mengembangkan kekuatan maritim yang mampu beroperasi secara global, namun Beijing tidak dapat mencapai tujuan ini karena Taiwan.
“Tidak mungkin membuat angkatan laut biru laut yang komprehensif tanpa membuat Taiwan menjadi bagian dari China. Taiwan telah mencegah kapal-kapal bawah permukaan China yang besar bergerak melampaui garis pantai,” analis tersebut menjelaskan.
USS Gerald R. Ford, diproduksi oleh Newport News Shipbuilding, kapal induk bertenaga nuklir yang memiliki bobot perpindahan sekitar 100.000 ton. Kapal ini mampu membawa lebih dari 75 pesawat karena dek penerbangan diperluas. Kapal tersebut akan dipersenjatai rudal RIM-162 Evolved SeaSparrow dan RIM-116 Rolling Airframe yang diproduksi oleh Raytheon.
Kapal tersebut menggunakan dua solusi inovatif, yang terdiri dari General Arraying Gear (AAG) General Atomics-built-in dan Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS). Yang terakhir ini menggantikan ketapel uap tradisional.
Angkatan Laut AS diharapkan untuk menempatkan USS Gerald R. Ford ke layanan aktif musim panas ini, namun supercarrier seharga US$ 12,8 miliar akan beroperasi penuh pada tahun 2020.
Analis militer Rusia Vladimir Evseev, kepala Department of Eurasian Integration and Development of the Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Institute of CIS mengatakan bahwa China akan berusaha mengejar ketertinggalan dengan Amerika. “China kemungkinan akan merespons dengan membuat kapal sendiri,” tambahnya.
Baca juga: