Sebuah laporan Operasi Inheren Resolve terbaru yang dirilis menunjukkan peningkatan jumlah korban tewas sipil resmi dari kampanye pengeboman udara pimpinan AS di Suriah dan Irak yang mencapai 484 kematian. Tetapi para aktivis mengklaim angka sebenarnya di lapangna berkali-kali lipat lebih tinggi.
“Sampai saat ini, berdasarkan informasi yang ada, CJTF-OIR [Satgas Gabungan] menilai bahwa, kurang lebih 484 warga sipil telah dibunuh secara tidak sengaja oleh serangan koalisi sejak dimulainya Operasi yang Inheren Resolve,” demikian sebuah pernyataan dirilis pada hari Jumat 2 Juni 2017 dan dilansir Russia Today.
Koalisi menganalisis setiap laporan tentang korban kematian sipil resminya hanya pada yang ditemukan secara “kredibel.”
Menurut koalisi, pada periode antara Agustus 2014 dan April 2017, total 21.035 serangan udara dilakukan terhadap ISIS.
“Meskipun Koalisi melakukan upaya luar biasa untuk menyerang sasaran militer dengan cara yang meminimalkan risiko korban sipil, dalam beberapa insiden, korban tidak dapat dihindari. Sebanyak 16 laporan dinilai kredibel sehingga mengakibatkan kematian 132 warga sipil yang tidak disengaja,” tambah pernyataan.
Laporan baru tersebut secara efektif meningkatkan jumlah korban tewas warga sipil lebih dari sepertiga, karena laporan bulan lalu mengakui adanya 352 kematian warga sipil.
Insiden yang memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan drastis korban tewas adalah serangan udara yang dilakukan pada 17 Maret. Sebuah penyelidikan terpisah diluncurkan ke dalam insiden tersebut, di mana 101 warga sipil yang berlindung di bangunan, dan empat warga sipil dalam rumah terbunuh.
Sebuah laporan koalisi menyatakan bahwa dukungan udara diajukan terhadap dua penembak jitu yang menargetkan pasukan Irak dari sebuah atap. Namun, koalisi mengklaim bahwa serangan udara tersebut memicu bahan peledak yang dilancarkan ISIS, yang menyebabkan ledakan sekunder dan runtuhnya struktur bangunan.
“Rakyat Amerika dan militer Amerika tidak akan pernah terbiasa dengan korban sipil. Dan kami akan berjuang melawan segala cara agar bisa membawa kemampuan intelijen dan taktis, ” kata Menteri Pertahanan AS James Mattis kepada CBS, Minggu lalu, saat mengomentari insiden bulan Maret.
“Korban sipil adalah fakta kehidupan dalam situasi seperti ini,” kata Mattis, menambahkan bahwa koalisi tersebut melakukan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan militer untuk “menghindari korban sipil dengan segala cara.”
Kelompok indenpenden menilai jumlah korban sipil jauh lebih tinggi dari data yang dirilis Amerika. “Ini seperti sebuah pernyataan yang memalukan. Saya akan menaikkan angka-angka tersebut beberapa kali lipat, “kata penulis dan sejarawan Gerald Horne kepada Russia Today.
Menyebut korban sipil sebagai sebuah “fakta kehidupan” menurut Horne meremehkan mereka dan melanggar hukum internasional.
“Jelas, [pernyataan Mattis] adalah bencana masyarakat. Dengan kata lain, mengungkapkan sikap semacam itu pada dasarnya membuat pendekatan angkuh terhadap hukum internasional yang tampak menghina korban sipil.”
Baca juga: