Jika bicara tentang kekuatan udara pada tahun 2030, hampir pasti akan tetap diisi oleh kekuatan udara tradisional yang ada sekarang ini khususnya Amerika Serikat, Rusia dan Inggris. Republik Rakyat China akan menjadi pendatang baru dalam kelompok ini.
China terus membangun kekuatan udaranya dengan statusnya sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Lalu siapa saja lima kekuatan udara yang akan mendominasi langit pada 2030?
Amerika Serikat
Militer Amerika Serikat memiliki tiga kekuatan sayap udara tetap, Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS dan Korps Marinir AS. Seperti sekarang, pada tahun 2030 mereka masih akan membentuk “angkatan udara” paling kuat di planet ini.
Pada tahun 2030, Angkatan Udara AS akan menerbangkan 187 F-22 Raptors, 178 F-15C. Angkatan Udara juga akan membeli sekitar 1.763 F-35A Joint Strike Fighters untuk menggantikan F-16C dan A-10.
USAF juga akan meremajakan sebagian armada tanker dengan 100 tanker KC-46 Pegasus. Bomber B-21 hampir pasti sudah diproduksi, dengan rencana mencapai 100 bomber..
Sementara itu, Angkatan Laut AS akan menerbangkan F-35C Joint Strike Fighter dan F / A-18E / F Super Hornet. Drone tanker dan pengawasan MQ-25 Stingray juga sudah akan ada dalam layanan, memperluas jangkauan pesawat tempur berawak, dan V-22 Osprey akan memberikan pasokan ke kapal induk di laut. Sedangkan Korps Marinir akan memiliki armada tempur F-35 B.

China
Angkatan Udara, Angkatan Darat dan Angkatan Laut China berada di puncak kebesaran nyata. Jumlah pesawat secara keseluruhan memang turun, tapi kualitas pesawat terus meningkat termasuk Su-30, J-11, J-15 dan J-10.
Untuk mengimbangi Amerika Serikat dan kekuatan lain, China juga membangun jet tempur siluman generasi kelima J-20 dan J-31 yang terus bergerak untuk masuk layanan.
Jet tempur hanya menjadi sebagian dari kekuatan. China juga menerbangkan pesawat transportasi jarak jauh yang dibangun dalam negeri, Y-20, dan pada tahun 2030 akan mampu memiliki jangkauan global.
China juga memperluas armada pesawat dukungan, termasuk pesawat peringatan dini dan tanker udara. Dengan ketegangan di Laut China Timur dan Selatan meningkat, China akan melanjutkan tren meningkatkan jumlah dan kemampuan pesawat intelijen / pengawasan / pengintaian, terutama dengan drone seperti ” Divine Eagle”.