ISIS dengan segala upaya mencoba melawan musuh-musuhnya. Mereka mengembangkan senjata yang mereka sebut sebagai senjata baru, mulai dari peluncur roket hingga senjata yang dikendalikan dari jarak jauh.
Baru-baru ini ISIS merilis video yang menunjukkan senjata-senjata baru mereka.Kelompok ini mengklaim senjata itu sebagai senjata paling canggih dan belum ada sebelumnya. Tetapi jika mencermati senjata-senjata itu justru mengingatkan pada teknologi yang sudah ada ratusan tahun lalu. Sebuah cikal bakal yang kini telah melangkah jauh. Tetapi ISIS kembali ke langkah dasar.
Berikut adalah tiga senjata, yang ditunjukkan oleh ISIS yang sebenarnya telah lahir di masa lalu dan kini turunannya telah berkembang jauh lebih canggih.
Drone Kamikaze
Seperti beberapa kekuatan sebelumnya, ISIS menggunakan pesawat drone kecil yang murah dan diproduksi secara komersial dan mengubahnya menjadi senjata utama. Pesawat tak berawak terbarunya terlihat sangat sederhana seperti yang pernah direbut pasukan Irak ketika merebut bengkel ISIS beberapa tahun lalu.
Video menunjukkan bahwa drone dengan bingkai tipis ini dapat membawa bahan peledak, yang idenya sudah ada seabad yang lalu. Dibangun pada tahun 1918, Kettering Bug adalah “torpedo udara” yang dirancang untuk pertempuran di Front Barat.

Drone ini diuji sebelum perang usai, tapi tidak pernah melihat perang. Meski begitu, konsep dasarnya mendahului rudal dan rudal jelajah, sebagai bahan peledak tak berawak yang dibangun untuk terbang dengan jarak tertentu dan kemudian jatuh dan meledak.
ISIS bahkan bukan kelompok pemberontak pertama yang melakukan pesawat tempur kamikaze. Pemberontak di Yaman menggunakan pesawat tanpa awak sejenis buatan Iran.

Keranjang Bom
Senjata baru lainnya untuk ISIS yang ditampilkan dalam video adalah kendaraan anti-tank kecil. Kendaraan dengan roda track seperti tank terkecil di dunia. Bukannya membawa meriam, tank ini membawa ranjau darat di punggungnya. Kemungkinan dirancang untuk berguling di bawah tank atau kendaraan lain, dan kemudian meledakkannya.

Pada Perang Dunia II, Nazi menggunakan sebuah mesin kecil yang dikendalikan jarak jauh yang membawa muatan peledak sebagai perangkat anti-tank. Dijuluki “Goliat,” jangkauannya dibatasi oleh kabel untuk mengendalikannya, dan oleh fakta bahwa kabel itu rentan terhadap pemotongan. Meskipun penggunaan medan tempur tidak berarti, kendaraan ini bisa disebut sebagai cikal bakal robot yang dikendalikan dari jarak jauh.

Senapan Remote Controlle
Masalah mendasar dengan menggunakan senapan dalam pertempuran adalah bahwa ia biasanya membutuhkan manusia untuk menarik pelatuknya yang tentu rentan untuk diserang balik. Dengan dikendailakn dari jarak jauh maka orang yang menembak akan aman dari bahaya. ISIS masuk ke genre ini termasuk dengan menggunakan monitor sehingga si penembak bisa melihat targetnya.
Tetapi ini juga bukan pertama kali ada. Penggunaan pertama senjata macam ini terjadi pada Perang Dunia II ketika pembom Jerman dan B-29 Amerika menggunakan senjata yang ditempatkan di bawah pesawat dan dikendalikan dari jarak jauh.
Untuk sebagian besar, senapan tetap merupakan fenomena udara bahkan pembom B-52 yang terhormat awalnya memiliki senjata ekor yang dikendalikan dari jarak jauh untuk sementara waktu.
Di Irak dan Suriah, kelompok pemberontak lainnya sudah memulai debut senapan jarak jauh bertahun-tahun yang lalu. Pasukan yang bertempur di Ukraina bahkan mengumpulkan dana untuk sistem remote control yang bisa mengarahkan menara senjata.