B-52 Tak Lagi Bawa Bom Nuklir
RNlAF

B-52 Tak Lagi Bawa Bom Nuklir

Pengebom strategis B-52 yang legendaris  tidak lagi membawa bom termonuklir. Alasannya simple, semakin meningkatnya sistem  pertahanan udara modern, menjadikan Pentagon sadar diri  pesawat tua tersebut tidak lagi mampu cukup dekat ke lokasi serangan untuk menjatuhkan bom tersebut.  Namun B-52 masih akan membawa rudal jelajah rudal nuklir.

Pertama kali diperkenalkan ke  Angkatan Udara Amerika  pada tahun 1955, pembom B-52 telah bertugas selama 62 tahun, lebih lama dari pesawat terbang lain dalam sejarah USAF.

Stratofortress pada awalnya dirancang sebagai pengebom jarak jauh ketinggian tinggi yang bisa membuat hujan bom termonuklir pada target musuh jika diperlukan.

Selama tahun 1980an, B-52 membawa dua bom B-53. Bom-bom tersebut memiliki daya ledak  9 megaton, atau 9.000 kiloton bahan peledak. Sebagai perbandingan, bom Hiroshima hanya 16 kiloton.

Bom nuklir B-53

Sebagaimana dilaporkan Popular Mechanics Kamis 25 Mei 2017 Informasi bahwa B-52 tidak lagi membawa bom nuklir ditemukan Federasi Ilmuwan Amerika, yang memperhatikan permintaan anggaran Badan Nuklir Nasional 2018 tidak termasuk B-52 yang dilengkapi dengan bom gravitasi. Itu berarti B-2 Spirit menjadi  pembom Amerika terakhir yang bertugas dalam misi bom nuklir gravitasi.

Meski B-52 telah menerima serangkaian peningkatan yang stabil selama bertahun-tahun, sayap panjang dan tipis  membuat pesawat mudah mudah terdeteksi radar. Hal ini membuat bomber menjadi target  mudah untuk rudal pertahanan seperti S-400 “Triumpf” dan pencegat MiG-31 Foxhound. Akibatnya, B-52 tidak bisa lagi menembus pertahanan udara musuh dan cukup dekat untuk menjatuhkan bom.

B-2 dengan rudal jelajah AGM-86B

Namun B-52 tetap akan menjadi ancaman berbahaya karena masih membawa rudal jelajah AGM-86B. B-52 dapat membawa hingga 20 rudal subsonik yang mampu terbang rendah. Rudal ini bisa dilepaskan dari jarak  maksimum 1.491 mil untuk menghindari wilayah udara musuh.

Seperti yang ditunjukkan  oleh para Ilmuwan Amerika, B-52 secara bertahap beralih menggunakan rudal konvensional di daerah yang memiliki ancaman pertahanan udara minimal. B-52 digunakan di Irak, Afghanistan, dan sekarang terbang misi melawan ISIS.

Dalam setiap kasus B-52 bisa terbang jauh di atas senjata musuh, mengidentifikasi target dengan Sniper Advanced Targeting Pod dan menjatuhkan bom presisi dipandu.

B-52 yang saat ini beroperasi dibangun antara tahun 1961 dan 1963, dan diperkirakan akan terbang sampai 2040. Angkatan Udara akan menggantinya dengan pembom B-21 Raider  yang saat ini dalam pengembangan.

Baca juga:

Ketika B-52 Menjadikan Kosovo Berantakan