Kegagalan Amerika dalam mengatasi masalah Korea Utara dengan diplomatis meningkatkan risiko terjadinya perang. Dan jika itu terjadi Amerika mengakui perang tersebut akan menjadi bencana untuk banyak negara.
“Rezim [Korea Utara] ini adalah ancaman di sana, ke Jepang, ke Korea Selatan. Dan jika terjadi perang, ia juga dapat membawa bencana untuk China dan Rusia. Yang perlu diketahui adalah perang dan malapetaka terjadi bila kita tidak mampu mengatasi situasinya melalui jalur diplomatis,” ujar Menteri Pertahanan AS James Mattis ketika diwawancara CBS News Minggu 28 Mei 2017.
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat sejak awal 2016 ketika Pyongyang mengadakan uji coba nuklir dan tembakan misil balistik. Selama setahun terakhir, negara yang dipimpin Kim Jong-un itu telah melaksanakan lebih dari 20 kali uji coba peluncuran misil.
Amerika merespons tindakan tersebut dengan mengerahkan sistem misil THAAD ke Korea Selatan, yang merupakan aliansi Negeri Paman Sam, meskipun hal tersebut ditentang Moskow dan Beijing.
Di lain sisi, Rusia turut melakukan segala hal yang diperlukan seandainya hal yang tak terjadi diinginkan salah satunya dengan mengadakanlatihan militer tambahan di Timur Jauh serta mengecek kesiapan personel tentara yang ditempatkan di perbatasan negara.
Menurut Mattis, Korea Utara memiliki ratusan meriam artileri dan peluncur roket yang dapat menyasar Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Korea Utara terus melakukan uji rudal. Pada hari Senin 29 Mei Korea Utara kembali menguji coba kekuatannya dengan meluncurkan proyektil yang diyakini merupakan misil balistik. Militer Korea Selatan mengatakan bahwa misil tersebut mendarat di Laut Jepang setelah menempuh jarak 450 kilometer.
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2017/03/30/5-perang-paling-mahal-dalam-sejarah-amerika/