Pembom Tu-22M Backfire dibangun pada era Uni Soviet dan hingga kini menjadi salah satu andalan Rusia dalam melakukan misi serangan jarak jauh.
Beberapa kali pesawat ini dikirim pulang pergi dari Rusia ke Suriah untuk melakukan serangan ke sejumlah target.
Pada era Perang Dingin, Backfire menjadi salah satu senjata yang sangat ditakuti NATO. Setelah keruntuhan Uni Soviet, Armada Laut Hitam Rusia mendapatkan 19 unit pesawat Tu-22, sedangkan Ukraina mendapatkan 20 unit. Rusia kemudian harus memindahkan pesawat pengebomnya dari Crimea.
Sebagian dari pesawat tersebut dipindahkan ke Armada Utara Rusia, sebagian lagi ke Armada Samudera Pasifik. Sementara, Ukraina memotong pesawat pengebom milik mereka untuk memperoleh bahan logam.
Para saksi mata kejadian tersebut menceritakan bagaimana saat pesawat-pesawat itu dipotong-potong di bawah pengawasan tentara AS. Menurut para saksi mata, kegembiraan yang tak tertahankan terlihat di wajah mereka.
Salah satu Kolonel AS secara terang-terangan mengatakan, pesawat Tu-22M3 selalu menjadi penyebab sakit kepala bagi atase-atase NATO di Eropa, tapi akhirnya mereka dapat menyingkirkannya.
Pesawat ini paling dekat mirip Rockwell International B-1B Lancer Amerika yang di de-nuclearized setelah era Perang Dingin. Keduanya juga memiliki peran agak mirip. Analog lain dari pesawat ini juga pembom strategis FB-111 yang merupakan varian F-111 Aardvark.

Tu-22M3 adalah versi terakhir dari Backfire yang masih dalam pelayanan. Pesawat itu ditwarkan kepada pimpinan Soviet sebagai turunan dari Tu-22 Blinder. Tetapi Tu-22M adalah desain yang sama sekali baru dibanding pendahulunya kecuali dalam hal peruntukannya yang masih sama.
Militer Soviet sepertinya harus mengelabui Kremlin dalam hal pendanaan Backfire dengan cara sama yang dilakukan Angkatan Laut AS ketika meyakinkan Kongres AS bahwa hampir semua bagian dari F / A-18E / F Super Hornet adalah benar-benar baru dibandingkan F / A-18. Padahal fungsinya sama. Kemampuannya juga tidak jauh berbeda.
Menurut biro desain Tupolev, prototipe Tu-22M0 pertama selesai pada tahun 1969 dan membuat penerbangan pertama tahun itu pada 30 Agustus di tahun y ang sama. Prototipe pertama dari versi M3 terbang pada tanggal 20 Juni 1977 dengan produksi awal tahun 1978. Versi terakhir dari Tu-22M3 mulai beroperasi Maret 1989 sebelum runtuhnya Uni Soviet. Asosiasi Produksi Pesawat Kazan membangun sekitar 500 Backfire berbagai varian.

Ketika Backfire diperkenalkan ke dalam layanan, pesawat ini langsung menarik banyak perhatian dari Angkatan Laut AS karena dirancang untuk membawa rudal jelajah anti kapal dalam jumlah yang besar. Jet ini juga sangat cepat dengan memiliki kecepatan tertinggi Mach 1,88 dan akan dengan mudah mempertahankan Mach 1,6 untuk periode panjang serta membawa senjata seberat 53.000 pon.
Itu berarti Tu-22M3 bisa membawa sepuluh rudal anti-kapal Raduga Kh-15 atau tiga rudal besar Raduga Kh-22 yang keduanya dapat melesat pada kecepatan sekitar Mach 5.0. Kh-22 yang berbobot 13.000 pon ditakuti karena memiliki rentang panjang hingga 320 nautical mil dan membawa 2.200 hulu ledak yang bisa melumpuhkan sebuah kapal induk dengan satu pukulan.Tetapi pesawat ini juga membawa bom konvensional yakni tujuh FAB-250 atau delapan senjata FAB 1500.
Tu-22M3 akhirnya akan diganti oleh PAK-DA atau bisa juga oleh Tu-160m2 yang Moskow telah menyatakan akan memasuki kembali produksi di 2023. Tapi itu mungkin tidak akan menjadi akhir dari perjalanan Backfire. Ada rumor kuat China ingin membeli pesawat tersebut.
Baca juga: