Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengembangkan apa yang disebut Kamikaze. Taktik bunuh diri yang dirancang tidak hanya untuk menghancurkan kapal-kapal Amerika, tetapi juga menebarkan rasa takut di angkatan laut sekutu.
Jepang mengembangkan beberapa senjata dan kendaraan untuk misi bunuh diri. Salah satunya, dua bulan sebelum serangan kamikaze pertama yang dilakukan di Pertempuran Teluk Leyte pada tahun 1944 Oktober, seorang pilot transportasi Jepang memunculkan ide untuk membuat senjata kamikaze super yang kemudian dikenal sebagai pesawat Oka Type 11 “Cherry Blossom”.
Meski disebut sebagai pesawat, Oka lebih mirip sebagai sebuah rudal dipandu pilot. Pesawat ini memiliki berat 4.700 pon yang berisi 2.600 pon bahan peledak tinggi. Sementara 2.100 pon berat lain adalah untuk pilot, armor-piercing, dan tiga mesin roket.
Dalam operasinya Oka dibawa oleh pesawat induk yang biasanya adalah bomber kelas menengah Betty yang mengantarkannya ke jarak 23 mil dari target sebelum kemudian diluncurkan.

Setelah dirilis, Oka meluncur menuju target dari ketinggian tinggi. Setelah Oka dekat dengan sebuah kapal yang jadi target, pilot menyalakan mesinnya dan melesat menuju target untuk kemudian menghantam kapal dengan kecepatan 576 mil per jam. Kombinasi kecepatan itu dengan bahan peladak 2.600 pon akan menjadi malapetaka bagi apapun yang dihantam.
Tetapi masalah muncul karena dengan membawa bahan peledak yang berat dan kecepatan tinggi dengan kontrol permukaan yang keil menjadikan pilot sangat sulit untuk mengendalikan pesawat ke tujuan.
Pesawat Oka kerap dikejar oleh pesawat tempur musuh yang menjadikan dia harus melakukan manuver hingga akhirnya sulit untuk menuju target.
Selain itu para pembom yang membawa Oka rentan terhadap serangan. Sambil membawa senjata besar, pesawat sulit untuk manuver dan terbatas dalam hal jangkauan, dan kecepatan. Jika kondisi sudah seperti ini Betty terpaksa melepaskan Oka jauh dari titik yang harusnya ditentukan.

Pilot Oka pun akhirnya seperti duduk di peti mati mereka sebelum jatuh ke laut tanpa ada kesempatan untuk menghancurkan target.
Pada akhirnya, lebih dari 850 pesawat Oka diproduksi. Tetapi dari jumlah itu hanya berhasil menenggelamkan satu kapal dan merusak tujuh kapal lain. Varian dengan jangkauan lebih panjang yakni bisa mencapai 81 mil juga sempat diproduksi. Tetapi pesawat ini tidak pernah muncul dalam peperangan.
Saat ini beberapa pesawat Oka masih disimpan di museum. Salah satunya Oka type 22, yang memiliki jangkauan lebih panjang disimpan di Air and Space Museum Smithsonian National.
Baca juga: