Anggaran pertahanan Presiden AS Donald Trump yang dirilis pada Selasa 23 Mei 2017 lalu memberikan peningkatan dana hingga 14 kali lipat untuk pengembangan jet tempur generasi keenam pada tahun dan lebih dari empat kali lipat dana untuk sebuah program pembangunan rudal jelajah yang berkemampuan nuklir.
Program Next Generation Air Dominance (NGAD) adalah salah satu moniker untuk pesawat superioritas superior yang ditunjuk Pentagon. Sebuah jet yang dirancang untuk menyusup dan mendominasi wilayah udara musuh sebagai bagian dari strategi pertempuran.
Pada tahun 2017, Pentagon menyalurkan US$ 21 juta untuk penelitian dan pengembangan NGAD. Dokumen anggaran Angkatan Udara menunjukkan bahwa layanan tersebut sebenarnya meminta US$ 167 juta untuk periode tersebut.
Dengan sheriff baru di Washington yang berjanji untuk memperluas militer Amerika secara masif, NGAD dapat menerima sebanyak US$ 295 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk tahun anggaran 2018, menurut dokumen anggaran Angkatan Udara.
Inside Defense melaporkan bahwa salah satu “tindakan resmi terakhir” pemerintahan Obama menginstruksikan Angkatan Udara AS untuk memulai pembangunan kemampuan “Penetrating Counter Air” baru sebagai “tindak lanjut” F-22. Secara khusus, pada tanggal 17 Januari, kepala akuisisi Pentagon Frank Kendall memberi wewenang penempatan NGAD ke dalam jaringan akuisisi.
DefenseTech menyebutkan Angkatan Udara juga meminta US$ 451 juta yang naik dari US$ 96 juta – untuk program Long-Range Stand-Off Weapon, retrofit rudal jelajah yang dapat diluncurkan dari pembom untuk dapat membawa hulu ledak nuklir. Program ini telah dikritik oleh kelompok nonproliferasi, yang mengatakan akan meningkatkan ketegangan dan tidak akan meredamkan konflik.
Untuk rentang lima tahun dari 2018 sampai 2022, Angkatan Udara berharap dapat memperoleh dana baru sebesar USS$ 4,5 miliar. Ini baru dana yang tidak dirahasiakan.
Baca juga: